BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Unsur
hara merupakan komponen penting dalam pertumbuhan tanaman, unsur hara banyak
tersedia dialam, sehingga tumbuhan bisa memanfaatkannya untuk kebutuhan
metabolismenya. Tetapi ketersediaan unsur hara di beberapa tempat tidak sama,
ada yang berkecukupan sehingga pertumbuhan tanaman menjadi baik namun ada juga
yang kekurangan, sehingga pertumbuhannya menjadi terhambat. Khusus untuk
tanaman budidaya kebutuhan unsur haranya sangat tinggi, hal ini dikarenakan
pada lahan atau tempat yang sama ditanami tanaman tertentu yang membutuhkan
jumlah unsur yang sama setiap waktunya. Sedangkan persediaan dialam terus
berkurang akibat diserap oleh tanaman budidaya yang ditanam dilahan tersebut
musimnya (intensif), sehingga untuk dapat memenuhi kebutuhan tanaman akan unsur
hara harus dilakukan penambahan unsur hara dalam bentuk pupuk dalam jumlah yang
cukup.
Berdasarkan
ke esensialannya unsur hara yang dibutuhkan tanaman terbagi menjadi dua yakni
unsur hara esensial dan unsur hara non- esensial atau beneficial. Unsur hara
esensial terdiri atas unsur hara makro dan mikro, unsur hara esensial merupakan
unsur hara yang mutlak dibutuhkan tanaman dan fungsinya tidak bisa digantikan
oleh unsur lain, tidak terpenuhinya salah satu unsur hara akan mengakibatkan
tanaman tersebut tidak dapat menyelsaikan siklus hidupnya.
B.
Tujuan
Untuk
mengetahui siklus unsur hara makro dan fungsinya masing-masing bagi tumbuhan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Salah
satu faktor yang menunjang tanaman untuk tumbuh dan berproduksi secara optimal
adalah ketersediaan unsur hara dalam jumlah yang cukup di dalam tanah. Jika
tanah tidak dapat menyediakan unsur hara yang cukup bagi tanaman, maka
pemberian pupuk perlu dilakukan untuk memenuhi kekurangan tersebut. Setiap
jenis unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman, tentunya memiliki fungsi,
kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dalam memberikan unsur hara pada
tanaman tentunya sangat penting dijaga keseimbangan dan pengaturan kadar
pemberian unsur hara tersebut, sebab jika kelebihan dalam pemberiannya akan
tidak baik dampaknya, demikian pula halnya jika yang diberikan tersebut krang
dari takaran yang semestinya diberikan (Acehpedia, 2010).
Setiap
jenis tanaman membutuhkan unsur hara dalam jumlah yang berbeda. Ketidaktepatan
pemberian unsur hara/pupuk selain akan menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh
dan berproduksi secara optimal juga merupakan pemborosan tenaga dan biaya
(tidak efisien). Agar usaha pemupukan menjadi efisien maka, pemberian pupuk
tidak cukup hanya melihat keadaan tanah dan lingkungan saja, tetapi juga harus
mempertimbang – kan kebutuhan pokok unsur hara tanaman. Dengan diketahui
kebutuhan pokok unsur hara tanaman maka dosis dan jenis pupuk dapat ditentukan
lebih tepat (Ruhnayat, Agus., 2007).
BAB III PEMBAHASAN
A.
Pengertian unsur hara makro
Unsur hara makro adalah unsur hara yang di butuhkan oleh
tanaman dalam jumlah yang banyak.
B.
Macam-macam unsur hara dan fungsinya
1.
Nitrogen (N)
·
Siklus N
Nitrogen berasal dari sel-sel mati bersama dengan sisa-sisa
tanaman/hewan akan menjadi bahan organik yang siap di komposisikan melalui
serangkaian proses mineralisasi (aminisasi, amonifikasi, dan nitrifikasi) akan
melepaskan N-mineral (NH4+ dan NO3-)
yang kemudian diimmobilisasikan oleh tanaman atau mikroba. Gas amonik hasil
proses aminisasi apabila tidak segera mengalami amonifikasi akan segera
tervolatilisasi (menguap) ke udara, begitu pula dengan gas N2hasil
denitrifikasi nitrat, keduanya merupakan sumber utama N2-atmosfir.
Kehilangan nitrat dan ammonium melalui mekanisme pelindian (leaching) merupakan salah satu pennyebab
penurunan kadar N dalam tanah.
·
fiksasi N
fiksasi (pengikatan) N dapat terjadi
secara:
a) fisik
melalui pelepasan energi listrik pada saat terjadinya kilat dan
b) secara
kimia melalui proses ionisasi, yang keduanya terjadi pada atmosfer paling atas
dan turun ketanah lewat presipikasi (hujan).
c) Fiksasi
N juga terrjadi secara biologis lewat mutuan listrik tanaman legum-rysobium (bakteri heterotrofik), juga
beberapa tanaman nonlegum dan
d) Lewat
nonsimbiotik oleh mikrobia (bakteri) tanah seperti:
1) Azospirillum, Azobakter dan Beijerinckia (aktif pada kondisi
masam, hingga pH 3) dan Derxia (aktif pada pH 5-9) (kelompok
aerobik);
2) Basillus, Enterobakter dan Klebsiella (kelompok aerobik
fakultatif);
3) Clostridium dan Desulfovibrio (kelompok anaerobik);
4) Dari
kelompok fotosintetik seperti Rhodospirillum
dan Rhodomicrobium (bakteri ungu
nonsulfur), Chromatium (bakteri ungu) dan Chlorobium (bakteri hijau); serta
5) Kelompok
sianobakteri (Anabaena (Situs Fiksasi
N nya terdapat pada struktur heterosista (sel khusus berdinding tebal), Nostoc, Fischerella, Lyngbya dan Oscillatoria), yang jika bersimbiosis
dengan fungi di sebut dengan liken.
Sebelumnya liken di anggap organisme tersendiri dan meliputi
Collema, Lichenia, Peltigera dan Stereocaulon. Siano bakteri ini juga
dapat mengasimilasi N2 jika bersimbiosis dengan beberapa jenis
lumut, Azolla (Pteridoptida) dan Gunnera (Angiospermae). Daya fikrasinya
lebih lemah di banding Azotobakter dan
Clostridium, yaitu 30-115 mg/ml media
berguna selama 1,5-2 bulan. Di antaranya ada yang efektif secara heterotrofik
pada kondisi gelap.
Kedua tipe
fiksasi biologis ini merupakan reaksi reduksi N2 menjadi NH3
yang membutuhkan sejumlah ATP sebagai sumber energinya, asam virupat sebagai
donor hidrogen dan di lakukan oleh enzim Nitrogenase
(proteinyang mengandung Fe dan Mo)
yang memerlukan Co sebagai aktifatornya.
Reaksi umum katalisis enzimatias oleh Nitrogenase ini adalah:
N2+ 8 H+ + 8 e + 16 ATP 2 NH3 + 16 ADP + 16 Pj
+ H2
Aktifitas fiksasi
N biologis ini sangat tergantung pada keter sediaan bahan orgaik dalam tanah.
Nisban N yang difiksasi dan kadar bahan organik tanah adalah 5-20 : 1000, yang
berarti untuk setiap 5-20 g N yang difiksasi di perlukan hasil perombakan 1000
g bahan organik tanah.
Dalam fiksasi
N-simbiotik, bakteri masuk lewat bulu-bulu akar yang kompetibel, kemudian
membentuk bakteroid yang menyebabkan terjadinya bintil-bintil (nodul) pada
akar.
·
Mineralisasi dan Immobilisasi N
Di dalam tanah,
99% N terdapat dalam bentuk organik, hanya 2-4%nya yang dimineralisai menjadi
N-organik (HH3) (amonifikasi)
oleh berbagi mikroba heterotrof,
kemudian sebagiannya mengalami nitrifikasi, pada lahan 1 hektar tanah
yang mengandung 1% C-organik (1,3% bahan organik), kira-kira 0,1%nya (nisban
C/N tanah sekitar 10) adalah N. Jika tanah berberrat isi 1, maka pada ketebalan
20 cm lapisan tanah terdapat 20 ton N-organik (bobot tanah 1ha = 2 juta kg ),
yang berarti tersediah 40-80 kg N/ha/tahun (setara 90-180 kg urea).
Sebagian besar
amoniak ini di dalam tanah seggerah berubah menjadi NH4+ akibat adanya proses pengikatan elektronyang
kuat dengan ion-ion H+. Ion amonium tersedia bagi tanaman dan dapat
terikat pada permukaan koloidal tanah yang bermuatan negatif atau berrtukar
kedudukan dengan ion K+.
Proses biokimia
nitrifikasi di lakukan oleh dua kelompok fisiologis bakteri autotrof yng
bersifat aerobik obligat terhadap amonium tanah sisa yang tidak di serap
tanaman atau terikat koloit tanah. Pada kelompok pertama terpenting adalah Nitrosomonas yang mengoksidasi amonium menjadi nitrit, dan
pada kelompok kedua, terpenting adalah Nitrobacter
yang melanjtkan oksidasi nitrit.
Reksi umumnya adalah:
NH4 + 1,5 O2 Nirnosomonas NO2 + H2 + H2O
+ 66 kal
NO2 + 1,5 O2 Nitrobakter NO3 + 17,5 kal
·
Denitrifikasi
Proses ini merupakan reaksi reduksi nitrat menjadi gas N
yang kemudian mengalami volatilisasi (penguapan) ke atmosfer. Proses ini pada
ekosistem alami (hutan primer) terjadi secara berkesinambungan dan selaras
dengan proses fiksasi N, sehingga jumlah N dalam tanah tetap stabil. Namun
dengan terganggunya ekosistem akibat
penggunaan pupuk yang berlebihan dan adanya limbah industri, maka biosfer kini
menerima lebih dari 9 juta metrik ton netto N setiap tahun, yang jika tidak ada
upaya untuk mengendalikannya maka duniah akan beratmosfer N.
Proses ini terjadi pada kondisi reduksi (tanah jenuh air)
sehingga dilakukan oleh organisme anaerobik fakultatif yang menggunakan nitrat
sebagai pengganti oksigen dalam respirasinya, reaksi umum biokimiwi
denitrifikasi adalah:
C6H12O6
+ 4 NO3 6 CO2 + 6 H2O + 2 H2
+ (NO,N2O dan NO2)
·
Sumber dan Reaksi Perubahannya
Unsur N di dalam tanah berasal dari hasil dekomposisi bahan
organik sisa-sisa tanaman maupun binatang, pemupukan (terutama urea dan
amminium nitrat) dan air hujan. Tanaman menyerap N terutama melalui akar, juga
melalui stomata daun saat hujan atau penyemprotan pupuk daun.
Pada kondisi aerobik, senyawa nitrogen ternitrifiksi menjadi
ion nitrit (NO3- ) sehingga di
serap tanaman dalam bentuk ini, sedangkan kondisi anaerobik (jenuh air),
senyawa N mengalami amonifikasi menjadi ion ammonium
(NH4+). Untuk tanaman padi, jika di sawahkan maka
yang banyak di serap adalah ion ammonium, sedangkan jika secara gogo/ladang
yang banyak di serap adalah nitrat. Bentuk lain juga diserap tanaman adalah urea {CO(NH2)2}.
Unsur N rata-rata menyusun 1,5% bagian tanaman. Perlu di perhatikan di sini
bahwa perubahan nitrat menjadi ammonium (denitrifikasi) merupakan reksi yang
membutuhkan ATP. Oleh karena itu bentuk pupuk N yang di berikan ke dalam tanah
akan mempengaruh terhadap efisiensi penggunaan atau pemupukan P.
·
Fungsi Fisiologis
Unsur N di dalam tanaman dijumpai dalam bentuk anorganik
atau organik yang bergabung dengan C, H, O dan kadangkala dengan S untuk
membentuk asam-asam amino, ezim-enzim amino, asam nukleat, klorofil, alkaloid
dan basapurin.
Tanman menyerap kedua bentuk N-amino dan N-nitrat dan tanamn
berkola borasi erat dengan N-amino di banding N-nitrat. Hal ini adakaitannya
dengan bentuk N-amino yang segerah dapat di inkoprasikan ke bentuk N-organik
penyusun konstituen organ-organ tanaman, sedangkan jika N-nitrat perlu melalui
proses kimia lg sebelum di gunakan tanaman, sehingga apabila N-amonium lebih
mengefisiensi ATP di banding penyerapan N-nitrat.
Unsur N berperan sebagai penyusun semua protein, klorofil,
dan asam-asam nukleat, serta berpaeran penting dalam pembentukan koenzim. Di
dalam sel-sel tanaman, N-nitrat yang di serap mengalami serangkaiyan proses reduksi:
a.
Nitrat direduksi menjadi nitrit (NO2-),
LALU
b.
Lalu nitrit ini di reduksi menjadi ammonia (NH3)
(identik dengan nitrifikan dalam tanaman).
2.
Fosfor (P)
·
Siklus P
Secara umum, kulit bumi mengandung
0,1% P atau setar 2 ton P ha-1, tetapi kebanyakan berbentuk apitit
terutama Fluorapatit [Ca10(PO4) 6F2] dalam
bebatuan beku dan bahan induk tanah, sehingga tidak tersedia bagi tanaman.
Dalam siklus P terlihat bahwa kadar
P-larutan tanah merupakan hasil kesiimbangan antar suplai P dari hasil
pelapukan mineral-miineral P, pelarutan (solubilitas) P-terfiksasi dan
mineralisasi P-organik dan kehilangan P berupa immobilisasi oleh
tanaman,piksasi dan pelidian P. Tanah-tanah indonesia (potsolik dan latosol) umumnya
barkadar-alami P rendah dan berdaya-fiksasi tinggi, sehiingga penanaman tampa
memperhatikan suplai P berkemungkinan besar akan gagal akibat defisiensi P.
·
Sumber dan Ketersediaan Unsur P
Sumber unsu P larutan tanah,
disamping pelapukan batuan bahan/bahan induk juga berasal dari mineralisasi
P-organik hasil dekomposisi dari sisa-sisa tanaman yang mengimmobilisasikan P
dari larutan tanah dan hewan. Umumnya kadar P di dalam bahan organik adalah 1%
yang berarti dalam 1 ton bahan organik tanah bernisbah C/N = 10 (matang) dapat
di beebaskan 10 kg P (setara 22 kg TSP). Jika 1% bahan organik berarti terdapat
200 kg P-organik/ha.
Di banding N maka P-organik dalam
tanah lebih relatif lebih cepat menjadi tidak tersedia akibat:
a.
Terikat oleh kation tanah (terutama Al dan Fe
pada kondisi masam atau dengan Ca dan Mg pada kondisi netral) yang kemudian
mengalami presipitasi (pengendapan), atau
b.
Terfiksasi pada permukaan positif koloidal tanah
(liat dan oksida Al/Fe) atau lewat pertukaran anion (terutama dengan OH-)
Ketersediaan P optimum pada kisaran
pH 6,0-7,0 ketidak tersediaan P bagi tanaman disebabkan oleh:
a.
Pada pH di bawah 5,6 kelarutan Fe (hara mikro
toksin) dan Al (unsur toksin) meningkat sehingga memfiksasi dan mengendapkan
(presipitasi) P larutan membentuk Al-P dan Fe-P (koloid) yang kemudian
mengalami kristalisasi.
b.
Presipitas P oleh Ca [menjadi kalsium trifosfat
Ca3 (PO4)2 yang relatif masi mudah larut].
c.
Penurunan ketersediaan P pada pH di atas netral
juga di sebabkan adanya ionisasi H2PO4- oleh
OH- menjadi HPO4= yang relatif lambat di serap oleh
tanaman.
d.
Pada tanah-tanah trofika yang umumnya mengalami
intensitas pelapukan tinggi, bentuk-bentuk P-terfiksasi di atas dapat
terselubung (occluded) oleh oksida-oksida Fe dan/atau Al membentuk
P-terselubung yang kelarutannya sangat rendah.
e.
Anion P begitu terlarut menjadi target fiksasi
(oleh muatan positif koloid/kristal dan kation), sehingga tidak mudah terbawah
oleh aliran massa atau berdifusi.
·
Mekanisme Pemampaatan P oleh Tanaman dan
Peranannya
Unsur P di ambil tanaman dalam bentuk
ion artofosfat primer dan sekunder (H2PO42- atau HPO42-). Proporsi
penyebab kedua ion ini di pengaruhi ph area perakaran tanaman:
a.
Pada pH lebih rendah, tanaman lebih banyak
menyerap ion orthofosfat primer, tetapi
b.
Pada pH yang lebih tinggi ion orthofosfat
sekunder yang lebih banyak di serap tanaman.
Bentuk P lain yang di serap
tanaman adalah pirofosfat dan metofosfat, dan P-organik hasil
dekomposisi bahan organik seperti fosfolipid,
asam nukleat dan phytin. Pemamfaatan fosfat dalam sel-sel
tanamn terjadi melalui 3 fase, yaitu:
a.
P-organik di serap akar dan diinkorporasikan
(digabung) ke molekul-molekul organik atau dengan P-radikal lainnya;
b.
Transfosforilasi, proses trasfer gugus fosforil
dari senyawa-senyawa P {dari tahap (1)} ke molekul-molekul lain.
c.
Proses pelepasan energi kimiawa melalui
hidrolisis senyawa (2) ini yang melepaskan fosfat atau firofosfat dan energi
kimiawi, atau melalui proses subtitusi P-radikal pada molekul-molekul
P-organik.
Dalam metabolisme tanaman, proses
fotosintesis dan respirasi tidak akan berlansung jika tidak tersedia energi
dari ATP (suasana aerobik) atau NADPH2 (suasana
anaeroik). Senyawa P berperan penting dalam perubahan-perubahan karbohidrat
dan senyawa-senyawa terkait, Glikolisis, mettabolisme asam- asam amino, lemak
dan berlerang, oksidasi biologis dan reaksi-reaksi metabolisme lainnya, yang
terutama terkaid dengan fungsi utamanya sebagai pembawa energi kimia.
Sebagai hasil peran fisiologis di
atas, maka unsur P ini rerata menyusn 0,2% bagian tanaman. Yang antara lain
berfungsi:
a.
Sebagai komponen berperan enzim dan protein, ATP
(adenosin trifosfat), RNA (asam ribonukleat), DNA ( asam dinoksi ribonukleat) dan fitin. ATP
merupakan senyawa ang terlibat dalam berrbagai reaksi transfer energi pada
hampir semua proses meta bolisme tanaman, sehingga unsur P berperan vital
dalampenyediaan energi kimiawi yang yang terlibat dalam produksi panas, cahaya
dan gerak.
b.
Senyawa aktifator enzim, unsur P berperan dalam
mengatur reksi enzimatik seperti pada sistensi amilose lewat peran enzim fosforilase glukosan, yang bersifat
bolak balik (rerversible).
c.
Ketersediaan asam nukleat, phytin dan fosfolipid
yang cukup pada priode awal pertumbuhan akan pengaruh terhadap fase promordi
dan pembentukan bagian froduktif tanaman.
d.
Unsur ini berperan vital dalam pembentukan biji
dan buah, sehingga para petani menyebut pupuk P sebagai “pupuk buah”.
3.
Kalium (Potassium) (K)
·
Siklus, Neraca dan Ketersediaan K
Unsur K adalah unsur hara makro kedua
setelah N yang paling banyak di serap tanaman, tetapi untuk tembakau, jerami
padi dan jagung, buah apel, jeruk dan tomat, umbi lobak dan kentang, serta
batng tenu merupakan unsur hara terbanyak.
Kerak bumi mengandung kalium rerata
2,6% sedangkan bahan induk tanah-tanah mudah umumnya mengandung 2-2,5% K atau
40-50 ton K/ha. 95-99% K terdapat pada kisi-kisi tiga jenis mineral utama,
yaitu feldspar yang paling lambat lapuk, lalu mika relatif sedang dan liat yang
relatif mudah lapuk.
Pelapukan bebatuan terjadi akibat
adanya pengaruh peristiwa fisik, seperti hantaman air hujan/angin, goncangan
dan benturan yang memperluas permukaan terlapukkan, kemudian melalui proses
pergantian bahas-kering dan panas-dingin yang meransang terjadinya perubahan
struktur fisik-kimiawi, di mulai dari permukaan terluar ke arah dalam struktur
menyebabkan terjadiya pelepasan ion-ion baik secara lansung atau lewat
pertukaran ion pada kisi-kisi struktur koloidal, menghasilkan berbagai mineral
tanah. Mika yang mengalami pelapukan
secarah perlahan akan berubah menjadi verrmikulit yang lebih cepat lapuk akan
melepaskan ion-ion K kedalam larutan tanah. Kadar K dalam larutan tanah ini
sebagian di serap tanaman/mikrobia, sebagian akan terikat secara lemah pada
muatan pertukaran koloidal tanah (fraksi liat tanah atau bahan organik)
(K-tertukar). K-tertukar ini kemudian dapat lepas ke larutan tanah atau terikat
lebih kuat (K-terfiksasi) pada permukaan dalam koloidal tanah.
Unsur hara kaliu di ambil tanaman
dalam bentuk ion K+. Senyawa K hasil pelapukan mineral, di dalam
tanah di jumpai jumlah yang bervariasi tergantung jenis bahan induk pembentuk
tanah, tetapi karenah unsur ini mempunyai ukuran bentuk terhidrasi yang relatif
besar dan bervalensi 1, maka unsur ini tidak kuat di jeratmuatan permukaan
koloid, sehingga mudah mengalami penindian (leacing)
dari tanah.
Unsur ini di
suplai kedalam tanah dalam bentuk pupuk garam-garam larut air, seperti KCL (silvit), KnaCL2 (silvinit), MgSO4KCL.3H2O
(kaini), K2SO4.2MgSO4
(langbenit), K2SO4
dan KNO3. Keterrsediaan K dalam tanah di pengaruhi oleh beberapa
faktor seperti:
a. Tipe
koloid tanah
b. Temperatur
c. Kondisi
basah jering
d. pH
tanah dan
e. tingkat
pelapukan
·
Penyerapan dan Peranan K
Tanaman menyerap
ion K+ hasil pelapukan, pelepasan dari situs pertukaran kation tanah
dan dekomposisi bahan organik yang terlarut dalam larutan tanah. Kadar
K-tertukar tanah biasanya sekitar 0,5 – 0,6% dari total K tanah. K-larutan
tanah + K-tekstur tanah merupakan K tersedia tanah.
Unsur K rata-rata
menyusun 0,1% bagian tanaman. Unsur ini berperan berbeda di banding N,S dan P
karenah sedikit befungsi sebagai penyusun komponen tanaman, seperti
protoplasma, lemak, dan selulosa, tetapi terutama berfungsi dalam pengaturan
mekanisme (bersifat katalisatik atau
katalisator) seperti fotosintesis, translokasi karbohidrat, sistensi
protein dan lain-lain.
Secara fisiologis,
unsur ini berfungsi dalam:
a.
Metabolisme karbohidrat seperti pada
pembentukan,pemecahan dan traslokasi pati.
b.
Metablisme nitrogen dan sintesis protein.
c.
Pengaturan pemamfaatan berbagai unsur hara
utama.
d.
Netralisis asam-asam organik penting.
e.
Aktivasi berbagai enzim.
f.
Percepatan pertumbuhan dan perkembangan jaringan
meristem (pucuk, tunas) dan
g.
Pengaturan buka tutup stomata dan hal-hal yang
terkait dengan penggunaan air.
Tanaman yang mengalami defisiensi unsur K mudah terlihat
dengan:
a.
Melemahnya tugor batang, sehingga mudah patah
atau tanaman mudah rebah.
b.
Kerentangan terhadap serangan penyakit seperti powdery-mildew pada tanaman gandum,
busuk akar dan winter-killed pada
alfalfa.
c.
Rendahnya kualitas produk bebuahan dan
sesayuran.
d.
Secara fisiologis menyebabkan terganggunaya
aktifitas enzim invertase, diastase,
pertase, dan katalase pada tebu,
dan pirufit kinase pada benerapa
tanaman lain.
e.
Proses fotosintesis terhambat tetapi respirari
meningkat, sehingga menghambat trasfortasi karbohidrat (seperti gula pada
tebuh) dan secara keseluruhan menghambat pertumbuhan.
f.
Terhambatnya sistensi protein pada tebu okibat
terakumulasinya N-non protein di dedaunan.
g.
Pada berley, terjadi akumulasi asam amino bebas
di dedaunan dan menurunya asam-asam amino bebas di banding kadar amida, dan
h.
Pada rerumputan terjadi penurunan produksi N-amida
dan konversinya menjadi protein.
Salah stu fungsi spesifik K adalah sebangai pengimbang atau
penetral efek kelebihan N yang menyebabkan tanaman menjadi sekulen (awet muda)
sehingga lebihmudah terserang hama-penyakit, rapuh dan mudah rontok bunga/buah/daun/cabang. Hal ini
karenah unsur K berfungsi meningkatkan sistensi dan traslokasi karbohidrat,
sehingga mempercepat penebalan dinding-dinding sel dan ketegaran
tangkai/bunga/cabang.
4.
Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg)
Siklus dan prinsip
ketersediaan Ca dan Mg mirip degan K, perbedaanya hanya terletak pada fiksasi.
Karenah kedua unsur ini tersediah dalam bentuk katio bervalensi dua, maka
fiksasi kedua unsur ini lebih lemah di banding K, sehingga tega bentuk utamanya
adlah kation terlarut, kation tertukar dalam mineral tanah.
·
Ketersediaan
Mineral sumber Ca
meliputi felspar, apatit, kalsit, dolomit, gibsun dan amphibol, sedangkan
mineral Mg meliputi biotit, dolomit, augit, sepentin, hornblend, dan olivin.
Kedua unsur ini merupakan kation penyusun kalsit (CaCO3) dan dolomit
(CaMg(CO3)2) yan gterkait dengan upaya pengapuran tanah
masam.
Ketersedian Ca dan
Mg terkait dengan kapasitas tukar kation (KTK) dan persen kejenuhan basah-basah
(Ca, Mg, K, dan Na) (KB). Kejenuhan bash yang rendah mencerminkan ketersedian
Ca dan Mg yang rendah. jika di bandingkan, ketersediaan Mg pada situs
pertukaran kation lebih lemah di banding Ca, sehingga umumnya kadar Ca tanah
umumnya selalu lebih tinggi di banding Mg. Oleh karena itu, kehilanga lewat
pelidihan dan defisiensi Mg lebih sering menjadi masalah. Hal ini terkait
dengan lebih besarnya BA (besar atom) Ca (=40) dibanding Mg (=24).
·
Peranan dan Fungsi Fisiologis Tanaman
Kalsium di ambil
tanaman dalam bentuk Ca+, berperan sebagai komponen dinding sel.
Kalsium rata-rata menyusun 0,5% tubuh tanaman, anyak terdapat dalam daun.
Unsur Ca bagi
tanaman berperan penting dalam:
a. Mempertahankan
integgrasi sel-sel.
b. Memperrtahan
kan permeabilitas membran
c. Pembentukan
dan peningkatan kandungan protein dalam mitokonria
d. Menghambat
pengguguran atau penuaan daun
Jones (1991) juga melaporkan peran Ca dalam:
e. Meransang
penyerrbukan dan pertumbuhan tanaman
f. Mengaktifkan
sejumlah enzim yang berfungsi dalam mitosis, divisi dan elogasi sel.
g. Dalam
pembelahan sel ini, Ca berperan secara spesifik pada organisasi benang kromatin
atau spidle.
h. Berperan
lasung sebagai peantapan dan sebagai penyusu kromosom
i. Sistensi
protein dan transfer karbohidrat, serta
j. Detosifikasi
logan-logan berat bagi tanaman
·
Peran dan Fungsi Fisiologis Mg
Magnesium diserap tanaman dalam
bentuk Mg 2+, terrutama berperan sebagai penyusun klorofil
(satu-satunya mineral), tanfa klorofil fotositesis tanamna tidak akan
berlansung, dan sebagi aktifator enzim.
Defisiensi Mg di tandai gejala
klorosis di antara tetulangan dedaunan tua yang tetap hijau, kemudian menguning
atua lembayung kemerahan (pada kapas), kemudian menjadi coklat dan netrotik.
Unsur ini di butuhkan dalam:
a.
Ektifitas enzim-enzim yang berperan dalam
metabolisme karbohidrat, terutama dalam siklus asamsitrat yang berperan vital
dalam respirasi sel.
b.
Metabolisme N, sebagai katalisator pada reaksi
fosforilasinya
c.
Proses forforilasi lain, yaitu sebagai pembentuk
jembatan antara struktur pirofosfat
ATP/ADP dengan molekul enzim, sehingga terlibat dalam proses transfer
energi pada fotosintesis, glikolisis, siklus asam trikaboksilat dan respirasi.
d.
Berperan sebagai seluruh proses metabolisme lain
e.
Sistesis protein, sehigga jika defisit Mg
terrjadi penurunan kadar N-protein dan peningkatan kadan N-non protein yang
mencerminkan terhambatnya sintesis protein.
f.
Uunsur Mg juga berfungsi mempertahankan
pertikel-pertikel ribosom dalam suatu bentuk yang di perlukan dalam sinesis
protein, serta
g.
Mengaktifkan tranfer asam-asam amino dari t-RNA
menjadi rantai-rantai polipeftid.
5.
Sulfur
(S)
·
Sumber dan Ketersediaan
Unsur Sulfur
(belerang) merupakan unsur hara makro
esensial yang di serap tanaman dalam jumah yang hampir sama dengan unsur P
(0,1-0,3%). Unsur ini diambil tanaman dalam betuk SO42+ dan sedikit dalam bentuk gas belerang (SO2)
diseraf melalui daun pada admosfer. Bentuk kedua ini jika dalam jumlah yang
sedikit derlebihan akan menjadi racun bagi tanaman. Sumber S bagi tanaman
berasal dari pelapukan mineral tanah, gas gasbelerang atmosfer dan dekomfosisi
bahan organik.
Keterrsediaan
unsur S identik dengan kalium, yaitu menurun pada pH dibawah 6 dan tinggi pada
Ph 6 ke atas, terkait dengan menurunnya Ph, terutama pada tanah-tanah berliat.
·
Peran dan Fungsi Fisiologis
Di dalam jaringan
dan jaringan tanaman di jumpai ion-ion sulfat (SO42+ )
utuh dalam jumlah besar. Uunsur berperan penting dalam:
a. Sintesa
protein, ion sulfat ini direduksi
menjadi bentuk –S-S dan –SH; Pembentukan ikatan di sulfida di antara
rantai-rantai polipeptida. Pembentukan ikatan di sulfida dari gugus –SH dalam
sintesis di peptida.
b. Sebagai salah satu unsur penting pada koenzim
A (KoA) dan pada vitamin seperti biotin dan thiamin.Di dalam KoA situs aktif
dari molekulnya adalah gugus – SH, yang dapat bereaksi dengan gugus OH.
c. S
merupakan komponen bioti yang terkait dengan fiksasi CO2 dan
reaksi-reaksi karbpksilat, meskipun bukan sebqgiqn gugus prostetik dari
enzim-ensim memfiksasi memfiksasi CO2 tersebut.
d. Merupakan
unsur esensial padi cincin tiozol, yang merupakan komponen vitmin thiamin (vitamin B1).
e. Sebagai
senyawa volatil (mudah menguap) yang menjadi bau khas pada tanaman, seferti sulfoksida, pemedas mata pada bawang
merah dan bau pegar pada bawang putih.
f. Sebagai
komponen Glucosinolat atau Glukosida
minyak mustd pada famili Cruciferae,
yang jika di hidrolisis akan menghasilkan isothionat, glukosa dan sulfat.
BAB IV PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Unsur
hara makro adalah unsur hara yang di butuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang
banyak.
2. Unsur
N di dalam tanah berasal dari hasil dekomposisi bahan organik sisa-sisa tanaman
maupun binatang, pemupukan (terutama urea dan amminium nitrat) dan air hujan.
3. Sumber
unsu P larutan tanah, disamping pelapukan batuan bahan/bahan induk juga berasal
dari mineralisasi P-organik hasil dekomposisi dari sisa-sisa tanaman yang
mengimmobilisasikan P dari larutan tanah dan hewan.
4. Kerak
bumi mengandung kalium rerata 2,6% sedangkan bahan induk tanah-tanah mudah
umumnya mengandung 2-2,5% K atau 40-50 ton K/ha. 95-99% K terdapat pada
kisi-kisi tiga jenis mineral utama, yaitu feldspar yang paling lambat lapuk,
lalu mika relatif sedang dan liat yang relatif mudah lapuk.
5. Mineral
sumber Ca meliputi felspar, apatit, kalsit, dolomit, gibsun dan amphibol,
sedangkan mineral Mg meliputi biotit, dolomit, augit, sepentin, hornblend, dan
olivin. Kedua unsur ini merupakan kation penyusun kalsit (CaCO3) dan
dolomit (CaMg(CO3)2) yan gterkait dengan upaya pengapuran
tanah masam.
6. Unsur
Sulfur (belerang) merupakan unsur hara
makro esensial yang di serap tanaman dalam jumah yang hampir sama dengan unsur
P (0,1-0,3%). Unsur ini diambil tanaman dalam betuk SO42+ dan sedikit dalam bentuk gas belerang (SO2)
diseraf melalui daun pada admosfer.
B.
Saran
Ketersediaaan
unsur-unsur hara telah di siapkan bumi untuk pertumbuhan tanaman. Jadi kita
tinggal menjaga bumi kita agar unsur hara tetap tersedia.
DAFTAR FUSTAKA
Acehpedia, 2010 penunjang
pertumbuhan tanaman
Cofian Ir Iqbal.P.M.Si juni
2013 kettersediaan unsur hara
Ruhnayat, agustus
2007 peran unsur hara bagi tumbuhan