Sabtu, 02 November 2013

EKOLOGI





PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa hidup sendiri. Di sekitar kita juga terdapat makhluk hidup. Kita hidup dalam suatu kelompok manusia, dimana masing-masing individu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Makhluk hidup yang lain juga melakukan aktivitas makan, bergerak, dan berkembang biak untuk kelangsungan hidupnya. Tumbuhan juga melakukan fotosintesis dan bernafas untuk mempertahankan hidupnya. Semua makhluk hidup yang tinggal di suatu tempat saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Seperti manusia yang memelihara ternak untuk dimanfaatkan daging atau telurnya, hewan ternak pun bergantung pada manusia dalam hal penyediaan makanannya. Sehingga manusia dan hewan ternak saling menguntungkan. Selain makhluk hidup manusia juga memerlukan cahaya, air dan udara. Semua itu merupakan benda tak hidup, tetapi sangat mempengaruhi kehidupan makhluk hidup yang tinggal di suatu tempat. Air dan udara merupakan kebutuhan utama semua makhluk hidup. Berbagai makhluk hidup dan benda tak hidup yang ada di sekitar kita saling mempengaruhi sehingga terbentuklah suatu hubungan timbal balik.
Berdasarkan penjelasan di atas, adapun ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya itu disebut ekologi. Dengan ekologi diharapkan interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya dapat lebih dipahami. Jika dikaitkan dengan manusia, pemahaman yang lebih baik diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan manusia tanpa merusak lingkungan. Oleh sebab itu penulis mengangkat tema ini agar kita sebagai manusia dapat menempatkan diri sebagai makhluk yang dapat menjaga keseimbangan terhadap keberadaan makhluk hidup lain dan benda tak hidup di sekitar kita.




1.2    Rumusan Masalah
1.2.1  Apakah komponen penyusun ekosistem dan interaksi yang ada di dalamnya?
1.2.2  Bagaimanakah pola interaksi di dalam ekosistem tersebut?
1.2.3  Bagaimanakah pemanfaatan sumber daya alam hayati dan non hayati?
1.2.4  Apakah hubungan kegiatan manusia dengan masalah perusakan dan pemeliharaan lingkungan?
1.3  Tujuan
1.3.1  Untuk mengetahui komponen penyusun ekosistem dan interaksi yang ada di dalamnya.
1.3.2  Untuk mengetahui pola interaksi di dalam ekosistem.
1.3.3  Untuk mengetahui pemanfaatan sumber daya alam hayati dan non hayati.
1.3.4  Untuk mengetahui hubungan kegiatan manusia dengan masalah perusakan dan pemeliharaan lingkungan.
1.4  Manfaat
1.4.1   Bagi Penulis
Bagi penulis manfaat yang diperoleh adalah penulis dapat memperdalam pengetahuannya mengenai ilmu ekologi. Sehingga penulis dapat mengaplikasikan ilmu ekologi secara positif dan lebih menghargai keseimbangan lingkungan.
1.4.2   Bagi Mahasiswa
Selain bagi penulis penyusunan makalah ini juga bermanfaat bagi mahasiswa. Mahasiswa dapat mengetahui pentingnya menjaga kelestarian lingkungan sekitar.








BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Komponen Ekosistem dan Interaksi di Dalamnya
Ilmu yang mempelajari hubungan antara mahluk hidup dengan mahluk hidup lain serta dengan benda mati di dalam lingkungannya disebut ekologi. Ekologi berasal dari 2 kata yunani, oikos artinya rumah atau tempat tinggal dan logos artinya ilmu. Istilah ekologi pertama dikemukakan oleh Emest Haeckel (1834-1914). Hubungan timbal balik antara mahluk hidup dengan lingkungannya disebut ekosistem. Komponen-komponen yang menyusun lingkungan dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu komponen abiotik (benda tak hidup) dan komponen biotik (mahluk hidup).
2.1.1    Komponen Abiotik
Beberapa komponen abiotik diuraikan sebagai berikut:
1.    Udara
Udara di atmosfer tersusun atas Nitrogen (N2, 78%), Oksigen (O2, 21%), Karbondioksida (CO2, 0,03%) dan gas lainya. Unsur nitrogen merupakan gas yang diperlukan oleh mahluk hidup untuk membentuk protein dan persenyawaan lainya. Oksigen (O2) merupakan gas pembakar dalam proses pernapasan (respirasi) yang terjadi di dalam sel dalam menghasilkan energi. Karbondioksida sangat diperlukan untuk proses fotosintesis. Hasil fotosintesis adalah gula dan oksigen.
2.    Air
Sekitar 80-90% tubuh mahluk hidup tersusun atas air. Zat ini digunakan sebagai pelarut dalam sitoplasma, untuk menjaga tekanan osmosis sel, mencegah sel dari kekeringan, sebagai bahan dalam proses fotosintesis, dan sebagai media hidup dari berbagai mahluk hidup.
3.    Mineral
Mineral yang diperlukan tumbuhan diperoleh dalam bentuk ion-ion yang larut dalam air tanah. Mineral tersebut digunakan untuk berlangsungnya metabolisme tubuh dan untuk menyusun tubuh. Selain itu, mineral-mineral juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan asam basa tubuh dan mengatur fungsi faal tubuh.
4.    Cahaya
Cahaya matahari digunakan tumbuhan untuk berfotosintesis. Tanpa cahaya matahari tumbuhan tidak dapat hidup dan selanjutnya mahluk hidup yang lain tidak dapat hidup, karena karena mendapat makanan.
5.    Suhu
Mahluk hidup rata-rata dapat hidup dalam kisaran suhu 00C-400C. Hanya mahluk hidup tertentu dapat hidup dibawah suhu 00C atau diatas 400C. Suhu rendah tidak mematikan sebagian mahluk hidup, namun menyebabkan mahluk hidup itu seolah-olah terhenti hidupnya atau disebut mengalami hibernasi.
2.1.2        Komponen Biotik
1.    Produser
Semua organisme berhijau daun (berklorofil) tergolong produser. Karena memiliki klorofil organisme produser dapat mengubah zat anorganik menjadi organik melalui proses fotosintesis. Organisme yang mampu menyusun zat organik untuk makanannya sendiri disebut organisme autotrof. Reaksi sederhana proses fotosintesis adalah sebagai berikut.
Cahaya


Klorofil


(gula)

 
6H2O + 6 CO2                                    C6H12O6 + 6 O2 + 6 H2O

2.    Konsumer
Makhluk hidup yang tidak memiliki klorofil tidak mampu membuat makanannya sendiri. Mahluk hidup ini disebut sebagai heterotrof atau konsumer. Hewan-hewan yang secara langsung memakan tumbuhan disebut herbivor. Hewan pemakan herbivor disebut karnivor. Hewan yang menangkap dan memangsa hewan lain disebut predator. Diantara konsumer terdapat beberapa tingkatan, yaitu herbivor atau konsumen I sebagai pemakan tumbuhan, konsumen II sebagai pemakan konsumen I, konsumen III sebagai konsumen II dan seterusnya.
3.    Pengurai
Pengurai atau dekomposer adalah mikroorganisme yang berperan untuk menguraikan tubuh mahluk hidup lain yang telah mati atau sampah. Mahluk hidup yang tergolong pengurai adalah jamur dan bakteri. Pengurai dapat mengubah zat organik menjadi zat anorganik yang pada nantinya dimanfaatkan kembali oleh tumbuhan.
4.    Detritivor
Sisa-sisa tumbuhan dan hewan dapat berupa serpihan-serpihan kecil yang disebut detritus. Hewan-hewan pemakan detritus disebut detritivor. Contohnya cacing tanah, rayap, kutu kayu, dan kluwing. Di dalam ekosistem terdapat juga hewan kelompok lain, yaitu scavenger, merupakan hewan pemakan bangkai.
2.1.3    Interaksi Antar Komponen dalam Ekosistem
            Suatu makhluk tunggal dalam ekosistem disebut individu. Interaksi antar individu yang satu dengan yang lain dalam spesies yang sama dalam suatu ekosistem membentuk populasi. Interaksi antar populasi dalam suatu ekosistem membentuk komunitas. Interaksi antar populasi dapat berupa Simbiosis Mutualisme (hubungan saling menguntungkan), misalnya bunga dengan kupu-kupu. Simbiosis Parasitisme (hubungan populasi yang satu untung dan yang lain dirugikan) misalanya kutu dan anjing, Simbiosis Komensalisme (yang satu diuntungkan dan yang lain tidak dirugikan), Amensalisme (yang satu dirugikan yang lain tidak diuntungkan atau tidak dirugikan), Predatorisme (yang satu memakan yang lain), Netralisme (tidak diuntungkan dan tidak dirugikan), dan Kompetisi (berebut  untuk mendapatkan sumber daya).
Lingkungan tempat hidup organisme tersebut disebut habitat. Sementara peranan suatu organisme dalam lingkungannya disebut nisia (niche). Perbedaan antara habitat dengan nisia, dapat dikatakan bahwa habitat adalah alamat suatu organisme, sedangkan nisia adalah pekerjaan suatu organisme dalam lingkungannya. Interaksi antara komponen abiotik membentuk suatu sistem yang disebut ekosistem. Contohnya ekosistem pantai, sungai, sawah, hutan, dan lain-lain. Interaksi antara ekosistem di permukaan bumi ini membentuk biosfer atau ekosfer.
2.2 Peranan Komponen Ekosistem
Pola-pola interaksi melibatkan melibatkan faktor-faktor biotik dan abiotik, rantai makanan dan jaring-jaring makanan, aliran energi, piramida ekologi, dan daur biogeokimia yang berlangsung pada tingkat individu, populasi dan komunitas. Interaksi komponen biotik dalam suatu lingkungan akan membentuk rantai makanan dan berkembang menjadi jaring-jaring makanan. Keduanya akan menentukan terjadinya aliran energi dan daur materi yang berupa daur biogeokimia.
2.2.1        Rantai Makanan
Jalur makan dan dimakan dari organisme pada suatu tingkat trofik ke tingkat trofik berikutnya membentuk urutan dan arah tertentu disebut rantai makanan. Semua mahluk hidup yang hidup secara heterotof memakan tumbuhan atau hewan lain. Sebagai produser, tumbuhan menyediakan makanan bagi mahluk hidup lainnya. Rantai makanan dapat dimulai bukan dari produsen, tetapi dapat dimulai dari detritus. Sisa organisme seperti kotoran hewan, dedaunan, dan ranting yang gugur diuraikan oleh organisme pengurai (dekomposer).
2.2.2    Aliran Energi
Produser mendapatkan energi dari cahaya matahari untuk menyusun zat organik. Energi ini digunakan untuk menyusun gula. Jadi energi diubah dari energi cahaya menjadi energi kimia. Jadi energi mengalir dari matahari ke produser, ke konsumer I, ke konsumer II, ke konsumer III, dan seterusnya. Aliran energi berakhir pada pengurai. Di dalam proses penguraian, energi dilepaskan dalam bentuk panas yang tersebar ke lingkungan, dan tidak dapat dimanfaatkan. Energi yang masuk ke dalam tubuh hewan dimanfaatkan untuk disimpan dalam bentuk glikogen dan persenyawaan lainnya untuk bergerak, metabolisme tubuh, menanggapi rangsang, berkembang biak, berubah dalam bentuk panas dilepaskan ke lingkungan, dan disimpan dalam bentuk jaringan tubuh.
Pada setiap tingkat trofik, energi yang dilepas ke lingkungan dalam bentuk panas dapat mencapai 90%. Jadi hanya 10% energi yang dimanfaatkan untuk kegiatan hidup organisme. Semakin jauh energi itu dari sumbernya makin kecil jumlah dan alirannya.














Gambar 01. Aliran Energi

2.2.3        Jaring-jaring Makanan
Proses makan dan dimakan yang terjadi di alam sangat kompleks. Karena itu, selain digambarkan dalam bentuk rantai makanan, juga digambarkan dalam bentuk jaring-jaring makanan. Satu jenis konsumer II mungkin memiliki mangsa lebih dari satu jenis hewan.
Jaring-jaring makanan memperlihatkan hubungan populasi satu dengan populasi lainnya. Jaring-jaring yang menggambarkan hubungan makan dan dimakan tersebut agar kelangsungan hidup setiap populasi terjamin. Semakin kompleks jaring-jaring makanan menunjukkan semakin kompleks aliran energi dan aliran makanan. Hal inilah yang menyebabkan kestabilan komunitas dan kestabilan ekosistem.
Gambar 02. Rantai Makanan

2.2.4        Piramida Ekologi
Para ahli ekologi menggambarkan struktur trofik suatu ekosistem dalam bentuk piramida ekologi. Jika digambarkan, piramida memiliki bentuk yang ujungnya semakin meruncing. Piramida ekologi terdiri dari piramida energi, piramida biomassa, dan piramida jumlah.
Piramida jumlah individu menggambarkan jumlah individu dalam populasi yang menempati tingkat trofik tertentu. Jumlah organisme yang menempati tingkat trofik I memiliki jumlah lebih banyak dibandingkan tingkat trofik II, tingkat trofik II memiliki jumlah individu lebih banyak dibandingkan tingkat trofik III, dan demikian seterusnya. Tingkat trofik yang paling tinggi memiliki jumlah paling kecil. Piramida jumlah umumnya berbentuk menyempit ke atas. Namun dapat terjadi piramida terbalik (atau sebagian terbalik), yaitu dasar piramida lebih kecil daripada tingkat di atasnya. Kondisi tersebut terjadi jika ukuran tubuh konsumen lebih kecil daripada ukuran tubuh produsen. Misalnya, beberapa ekor nyamuk yang tak terhitung jumlahnya menghisap darah beberapa orang manusia.
Gambar 03. Piramida jumlah → Jumlah individu → Kurang ideal

Biomassa adalah berat total komponen biotik pada area tertentu pada suatu saat. Biomassa tumbuhan diukur dari berat akar, batang, daun, bunga, dan buah. Biasanya diukur berat kering per-m2. Piramida biomassa dibuat berdasarkan berat total populasinya pada suatu waktu. Piramida biomassa pada umumnya juga berbentuk menyempit dari dasar ke puncak karena perpindahan energi antara tingkat trofik sangat tidak efesien. Untuk mengukur biomassa dilakukan dengan teknik sampling (cuplikan) guna memperkirakan berat secara keseluruhan. Sebagai contoh, sebidang padang rumput mampu menghasilkan 1000 kg rumput kering. Rumput kering tersebut dapat dipergunakan untuk menghasilkan 100 kg daging sapi, yang selanjutnya akan dipergunakan untuk menambah 10 kg berat tubuh seorang manusia. Di beberapa ekosistem, misalnya ekosistem akuatik, piramida biomassa dapat berbentuk terbalik. Pada ekosistem ini, biomassa konsumen dapat melebihi biomassa produsen karena ganggang sebagai produsen berreproduksi sangat cepat. Puncak piramida biomassa memiliki biomassa terendah yang berarti jumlah individunya sedikit, karena individu karnivora puncak umumnya bertubuh besar.
Gambar 04. Piramida Biomassa → Berat Kering → Kurang Ideal

Piramida energi, dapat memberikan gambaran lebih akurat tentang aliran energi pada suatu ekosistem. Piramida energi menggambarkan banyaknya energi yang tersimpan dalam bentuk senyawa organik yang dapat digunakan sebagai bahan makanan. Energi yang tersimpan tersebut disebut sebagai produksi primer.
Gambar 05. Piramida Energi → Produktivitas → Ideal

2.2.5        Daur Biogeokimia
Zat karbon, air, nitrogen, belerang, dan zat-zat lainnya yang diperlukan mahluk hidup secara terus menerus didaur ulang dalam ekosistem. Di dalam daur ulang materi, zat-zat tersebut menjadi bagian tubuh mahluk hidup. Mahluk hidup kemudian mati dan zat-zat tersebut masuk ke dalam tanah karena pengurai. Zat-zat terssebut selanjutnya dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk membentuk makanan dan tubuh mahluk hidup. Secara singkat, daur ulang materi itu adalah sebagai berikut.
Tubuh hewan/tumbuhan → mati, diuraikan → masuk ke tanah → diserap tumbuhan → reaksi-reaksi kimia menjadi zat makanan → dimakan hewan → tubuh hewan → mati, diuraikan
Dengan demikian materi tersebut telah melalui daur yang dikenal sebagai daur biogeokimia, karena berlangsungnya melalui tubuh mahluk hidup, tanah, dan reaksi-reaksi kimia. Daur biogeokimia itu diperlukan untuk kelestarian mahluk hidup dan ekosistem. Daur biogeokimia meliputi daur nitrogen, daur zat karbon, oksigen, daur belerang, daur fosfor, dan lain-lain.
1. Daur Air
Air di atmosfer berada dalam bentuk uap air. Uap air berasal dari air di daratan dan laut yang menguap karena panas cahaya matahari. Uap air di atmosfer terkondensasi menjadi awan yang turun ke daratan dan laut dalam bentuk hujan. Air hujan di daratan masuk ke dalam tanah membentuk air permukaan tanah dan air tanah. Tumbuhan darat menyerap air yang ada di dalam tanah. Kemudian melalui transpirasi, uap air dilepaskan oleh tumbuhan ke atmosfer. Hewan memperoleh air langsung dari air permukaan serta dari tumbuhan dan hewan yang dimakan, sedangkan manusia menggunakan sekitar seperempat air tanah. Air tanah dan air permukaan sebagian mengalir ke sungai, Kemudian ke danau dan ke laut.
Gambar 06. Daur Air


2. Daur Karbon
Unsur karbon terdapat di atmosfer dalam bentuk gas karbon dioksida (CO2). Karbon dioksida masuk ke dalam komponen biotik melalui produsen. Produsen di darat dan akuatik menggunakan karbon dioksida untuk membentuk bahan organik berupa senyawa karbon, yaitu glukosa. Glukosa dihasilkan oleh produsen melalui proses fotosintesis. Bahan organik yang mengandung unsur karbon tersebut ditransfer ke hewan dan manusia secara langsung maupun tidak langsung melalui rantai makanan. Respirasi oleh organisme autotrof dan heterotrof menghasilkan karbon dioksida. Pada tumbuhan, bahan organik yang mengandung banyak karbon terdapat dalam batang atau kayu. Pada hewan dan manusia, bahan organik yang mengandung karbon terdapat pada tulang. Tumbuhan, hewan, dan manusia yang mati akan diuraikan antara lain menjadi karbon dioksida. Di kerak bumi terdapat karbon dalam bentuk batu bara dan minyak bumi (bahan bakar fosil). Jumlah karbon dioksida di atmosfer bervariasi bergantung musim dan penggunaan bahan bakar oleh manusia, sehingga memungkinkan terjadi ketidakseimbangan. Pada perairan, karbon dioksida dapat larut dalam air dan diserap langsung oleh organisme autotrof. Karbon dioksida yang dihasilkan oleh respirasi organisme perairan dapat membentuk ion bikarbonat. Ion bikarbonat merupakan sumber karbon dioksida bagi organisme perairan. Beberapa organisme akuatik seperti kelompok moluska, menggunakan karbon dioksida terlarut di air dengan kalsium membentuk kalsium karbonat (CaCO3). Kalsium karbonat merupakan bahan penyusun cangkang. Jika mati, cangkang yang hancur oleh air dapat menghasilkan karbon dioksida.
Gambar 07. Daur Karbon

3. Daur Nitrogen
Unsur nitrogen sebagian besar terdapat di atmosfer dalam bentuk gas Nitrogen (N2). Gas nitrogen mencakup 78% dari berbagai gas yang ada di atmosfer. Hanya sedikit organisme yang dapat menggunakan nitrogen dalam bentuk N2. Organisme yang dapat mengikat (fiksasi) nitrogen adalah bakteri. Bakteri pengikat nitrogen yang hidup bebas misalnya Azotobacter sp. yang bersifat aerob (memerlukan O2) dan Clostridium sp. yang bersifat anaerob (tidak memerlukan O2). Nitrogen yang diikat oleh bakteri tersebut diubah menjadi amonia (NH3). Nitrogen dapat diserap oleh tumbuhan dalam bentuk amonia. Penguraian nitrogen menjadi amonia disebut amonifikasi. Amonia kemudian dirombak oleh bakteri nitrit Nitrosomonas dan Nitrosococcus menjadi ion nitrit (NO2-). Ion nitrit selanjutnya dirombak oleh bakteri nitrat Nitrobacter menjadi ion nitrat (NO3-). Nitrogen dalam bentuk ion nitrat selain diserap oleh tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan nitrogennya, juga digunakan oleh bakteri tanah untuk memperoleh oksigen. Proses perombakan ion nitrat oleh bakteri denitrifikasi menghasilkan nitrogen. Nitrogen yang dihasilkan akan kembali ke atmosfer.
Gambar 08. Daur Nitrogen

4. Daur Belerang (Sulfur)
Sulfur terdapat dalam bentuk sulfat anorganik. Sulfur direduksi oleh bakteri menjadi sulfida dan kadang-kadang terdapat dalam bentuk sulfur dioksida atau hidrogen sulfida. Hidrogen sulfida ini seringkali mematikan mahluk hidup di perairan dan pada umumnya dihasilkan dari penguraian bahan organik yang mati.
Tumbuhan menyerap sulfur dalam bentuk sulfat (SO4). Perpindahan sulfat terjadi melalui proses rantai makanan, lalu semua mahluk hidup mati dan akan diuraikan komponen organiknya oleh bakteri. Beberapa jenis bakteri terlibat dalam daur sulfur, antara lain Desulfomaculum dan Desulfibrio yang akan mereduksi sulfat menjadi sulfida dalam bentuk hidrogen sulfida (H2S). Kemudian H2S digunakan bakteri fotoautotrof anaerob seperti Chromatium dan melepaskan sulfur dan oksigen. Sulfur dioksidasi menjadi sulfat oleh bakteri kemolitotrof seperti Thiobacillus.
Gambar 09. Daur Sulfur

5. Daur Fosfor
Fosfor merupakan elemen penting dalam kehidupan karena semua makhluk hidup membutuhkan fosfor dalam bentuk ATP (Adenosin Tri Fosfat), sebagai sumber energi untuk metabolisme sel. Fosfor terdapat di alam dalam bentuk ion fosfat (PO43-). Ion Fosfat terdapat dalam bebatuan. Adanya peristiwa erosi dan pelapukan menyebabkan fosfat terbawa menuju sungai hingga laut membentuk sedimen. Adanya pergerakan dasar bumi menyebabkan sedimen yang mengandung fosfat muncul ke permukaan. Seluruh hewan mengeluarkan fosfat melalui urin dan feses. Bakteri dan jamur mengurai bahan-bahan anorganik di dalam tanah lalu melepaskan fosfor kemudian diambil oleh tumbuhan.
Gambar 10. Daur Fosfor

2.3 Pemanfaatan Sumber Daya Alam
Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang tersedia di alam dan dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia. SDA dibagi menjadi dua yaitu SDA yang dapat diperbaharui dan SDA yang tidak dapat diperbaharui.
1.      SDA yang dapat diperbaharui meliputi air, tanah, tumbuhan dan hewan.
2.      SDA yang tidak dapat diperbaharui itu contohnya barang tambang yang ada di dalam perut bumi seperti minyak bumi, batu bara, timah dan nikel.
SDA juga dapat dibagi menjadi dua yaitu SDA hayati dan SDA non-hayati.
  1. SDA hayati adalah SDA yang berasal dari makhluk hidup (biotik) seperti hasil pertanian, perkebunan, pertambakan, dan perikanan. Sumber daya hayati adalah salah satu sumber daya dapat pulih atau terbarukan (renewable resources) yang terdiri atas flora dan fauna. Sumber daya hayati secara harfiah dapat diartikan sebagai sumber daya yang mempunyai kehidupan dan dapat mengalami kematian. Jenis-jenis sumber daya hayati di antaranya adalah pohon, ikan, rumput laut, plankton, zooplankton, fitoplankton, harimau, semut, cacing, rumput laut, terumbu karang, dan sebagainya.
  2. SDA non-hayati adalah SDA yang berasal dari makhluk tak hidup (abiotik). Seperti: air, tanah, barang-barang tambang.
Persebaran sumber daya alam tidak selamanya melimpah. Ada beberapa sumber daya alam yang terbatas jumlahnya. kadang-kadang dalam proses pembentukannya membutuhkan jangka waktu yang relatif lama dan tidak dapat di tunggu oleh tiga atau empat generasi keturunan manusia.
2.3.1 Pemanfaatan Sumber Daya Alam Hayati (Biotik)
1. Hewan
Hewan di Indonesia dapat digolongkan menjadi dua, yaitu hewan liar dan hewan piaraan. Hewan liar ialah hewan yang hidup di alam bebas dan dapat mencari makan sendiri, misalnya dari jenis burung, ikan dan serangga. Hewan piaraan ialah hewan yang dipelihara untuk sekadar hobi atau kesenangan semata, misalnya burung perkutut, marmut, kucing dan kakaktua. Hewan ternak ialah hewan yang dikembangbiakkan untuk kemudian dimanfaatkan atau diperjualbelikan.
2. Tumbuhan
  • Hutan
Hutan merupakan sebuah areal luas yang ditumbuhi beraneka ragam pepohonan. Hasil hutan yang dapat dimanfaatkan oleh kita yaitu: kayu (jati, pinus, cemara, cendana), damar, rotan, bambu dll.
·         Pertanian
Pertanian di Indonesia menghasilkan berbagai macam tumbuhan, antara lain padi, jagung, kedelai, sayur-sayuran, cabai, bawang dan berbagai macam buah-buahan, seperti jeruk, apel, mangga, dan durian. Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena sebagian besar penduduk Indonesia mempunyai pencaharian di bidang pertanian atau bercocok tanam.
  • Perkebunan
Jenis tanaman perkebunan yang ada di Indonesia meliputi karet, cokelat, teh tembakau, kina, kelapa sawit, kapas, cengkih dan tebu. Berbagai jenis di antara tanaman tersebut merupakan tanaman ekspor (kegiatan mengirim barang ke luar negeri) yang menghasilkan devisa (tabungan bagi negara).
2.3.2 Pemanfaatan Sumber Daya Alam Non-Hayati
1. Air
Air merupakan kebutuhan utama seluruh makhluk hidup. Bagi manusia selain untuk minum, mandi dan mencuci, air bermanfaat juga:
  1. sebagai sarana transportasi
  2. sebagai sarana wisata/rekreasi
  3. sebagai sarana irigasi/pengairan
  4. sebagai PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air)
2. Udara
Udara yang bergerak dan berpindah tempat disebut angin. Lapisan udara yang menyelimuti bumi disebut atmosfer. Lapisan Ozon berfungsi untuk melindungi bumi dari sinar ultraviolet yang dipancarkan oleh matahari. Angin dapat dimanfaatkan juga sebagai sumber energi dengan menggunakan pembangkit listrik kincir angin.
3. Tanah
Tanah adalah lapisan kulit bumi bagian atas yang terbentuk dari pelapukan batuan dan bahan organik yang hancur oleh proses alamiah. Tanah banyak dimanfaatkan untuk menanam sumber daya alam pertanian. Pertanian meliputi tanaman untuk makanan pokok, seperti padi, jagung dan sagu. Palawija terdiri dari ubi-ubian dan kacang-kacangan; dan holtikultura yang meliputi berbagai jenis sayuran dan buah-buahan.
4. Batu Bara
Batu bara berasal dari tumbuhan purba yang telah mati berjuta-juta tahun yang lalu. Batu bara banyak digunakan sebagai bahan bakar untuk keperluan industri dan rumah tangga.
5.    Minyak Bumi
Minyak bumi berasal dari hewan (plankton) dan jasad-jasad renik yang telah mati berjuta-juta tahun. Berikut ini jenis-jenis minyak bumi:
  1. Avtur untuk bahan bakar pesawat terbang;
  2. Bensin untuk bahan bakar kendaraan bermotor;
  3. Kerosin untuk bahan baku lampu minyak;
  4. Solar untuk bahan bakar kendaraan diesel;
  5. LNG (Liquid Natural Gas) untuk bahan bakar kompor gas;
  6. Oli ialah bahan untuk pelumas mesin;
  7. Vaselin ialah salep untuk bahan obat;
  8. Parafin untuk bahan pembuat lilin; dan
  9. Aspal untuk bahan pembuat jalan (dihasilkan di Pulau Buton)
6.      Besi
Berasal dari bahan yang bercampur dengan tanah, pasir dan sebagainya. Besi merupakan bahan endapan dan logam yang berwarna putih. Timah berasal dari bijih-bijih timah yang tersimpan di dalam bumi.
Selain itu adapun hasil tambang lainnya seperti :
7.      Tembaga: Merupakan jenis logam yang berwarna kekuning-kuningan, lunak dan mudah ditempa.
8.      Bauksit: Sebagai bahan dasar pembuatan alumunium.
9.      Emas dan Perak: Untuk perhiasan
10.  Marmer: Untuk bahan bangunan rumah atau gedung
11.  Belerang: Untuk bahan obat penyakit kulit dan korek api
12.  Yodium: Untuk obat dan peramu garam dapur beryodium
13.  Nikel: Untuk bahan pelapis besi agar tidak mudah berkarat.
14.  Gas Alam: Untuk bahan bakar kompor gas
15.  Mangan: Untuk pembuatan pembuatan besi baja
16.  Grafit: Bermanfaat untuk membuat pensil
2.4  Hubungan Kegiatan Manusia dengan Masalah Perusakan dan Pemeliharaan Lingkungan
Manusia terus berupaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan, untuk itu mereka perlu sumber daya dari lingkungan. Sering kali kegiatan manusia yang bertujuan mulia, baik langsung maupun tidak langsung berpotensi untuk merusak keseimbangan lingkungan. Keseimbangan lingkungan yang bergeser ke arah negatif disebabkan oleh pengerusakan terhadap lingkungan secara terus menerus. Parahnya kerusakan lingkungan di suatu wilayah dapat berdampak pada wilayah lainya akibat interaksi antar komponen lingkungan. Dampak berantai ini tidak hanya terjadi pada lingkungan lokal saja namun dapat menimbulkan dampak pada lingkungan yang lebih luas.
            Selain mengambil sumber daya alam secara berlebihan manusia juga kerap melakukan pencemaran terhadap lingkungan, yang sangat berpotensi untuk mengakibatkan gangguan kesehatan, punahnya spesies baik tumbuhan maupun hewan, kerusakan lingkungan, serangan hama dan penyakit, terjadi hujan asam, rusaknya lapisan ozon dan pemanasan global.
            Lingkungan yang seimbang memiliki daya lenting yang tinggi, keseimbangan lingkungan ini ditentukan oleh seimbangnya energi yang masuk dan yang digunakan, seimbangnya antara bahan makanan yang terbentuk dengan yang digunakan, seimbangnya antara faktor abiotik dan biotik. Gangguan terhadap salah satu faktor itu dapat mengakibatkan keseimbangan terganggu.
2.4.1 Daya Lenting dan Daya Dukung Lingkungan
Suatu ekosistem (sistem lingkungan) dapat berkembang mencapai klimaks (keadaan ekosistem yang paling stabil dan seimbang). Ekosistem memiliki daya lenting, berarti ekosistem memiliki kemampuan untuk pulih dari kerusakan. Namun bila melebihi daya lenting, maka akan membentuk kestabilan baru yang kualitasnya lebih rendah dari keadaan lingkungan sebelumnya.
            Di samping memiliki daya lenting, lingkungan juga memilki daya dukung berarti lingkungan memiliki kemampuan untuk menjaga kehidupan agar mahluk yang hidup dapat hidup dan tumbuh secara wajar. Jika daya dukung lingkungan lebih rendah dari populasi, maka akan terjadi kompetisi dan menyebabkan ada mahluk hidup yang mati. Sehingga berdampak terbentuknya keseimbangan baru.
Daya dukung lingkungan dapat ditingkatkan oleh manusia dengan memanfaatkan teknologi. Misalnya suatu areal hanya mendukung 500 ekor sapi, daya dukung tersebut dapat ditingkatkan 750 ekor sapi. Misalnya dengan pemupukan, pemberian rumput agar lebih subur. Penyemprotan, pemupukan pemilihan bibit unggul, pengairan yang baik, pemberantasan hama dan penyakit merupakan usaha manusia untuk meningkatnya daya dukung lingkungan. Namun daya dukung terbatas sehingga tidak dapat ditingkatkan tanpa batas.
Kerusakan lingkungan lebih disebabkan karena penambahan populasi yang cepat, sehingga meningkatnya kebutuhan akan sumber daya seperti: tempat tinggal, pertanian, dan fasilitas umum. Sehingga lingkungan akan lebih banyak dirusak untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Perkembangan IPTEK memacu industri untuk memenuhi kebutuhan populasi yang terus meningkat. Akibatnya adalah sebagai berikut.
  1. SDA yang diambil dari lingkungan lebih besar baik macam maupun jumlah.
  2. Industri mengeluarkan limbah yang mencemari lingkungan.
  3. Konsumsi rumah tangga menghasilkan limbah rumah tangga yang mencemari lingkungan.
  4. Munculnya bahan sintentik dalam lingkungan seperti: pestisida, dan obat yang meracuni lingkungan.
            Semua akibat tersebut mempengaruhi daya lenting dan dukung lingkungan. Semakin kecilnya daya lenting, artinya waktu yang diperlukan untuk lingkungan pulih dari kerusakan akan semakin lama. Karena terjadinya kerusakan lingkungan maka daya dukung lingkungan semakin besar, artinya lingkungan tidak lagi menyediakan sumber daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan organisme yang ada di dalamnya.
            Perubahan pada lingkungan akibat kerusakan dan pencemaran lingkungan ialah beberapa spesies yang tumbuhan dan hewan yang punah, adanya bahan pencemar pada daging dan tumbuhan yang dikonsumsi. Dampak pencemaran tidak hanya dirasakan secara lokal maupun regional, melainkan juga dirasakan secara global. Contoh, munculnya pemanasan global adalah sebagai akibat meningkatnya kadar CO2 di udara yang dihasilkan dari proses pembakaran, uap air (H2O), Nitrat Oksida (NO2), Metana (CH4) yang dihasilkan dari kotoran ternak dan ChlorofluoroCarbon (CFC) yang dihasilkan dari bahan pendingin kulkas dan AC, penggunaan aerosol pada hairspray, parfum dan obat nyamuk, styrofoam. Kandungan bahan tersebut semakin tinggi didukung pula oleh banyaknya hutan yang ditebang, sehingga tidak dapat menyerap CO2. Karena meningkatnya kadar bahan tersebut di atmosfer, cahaya yang masuk ke bumi tidak dapat dipantulkan lagi ke angkasa, sebab terperangkap oleh gas tersebut..Akibatnya suhu udara di permukaan bumi meningkat. Inilah yang disebut efek rumah kaca. Jika hal ini terjadi terjadi terus-menerus es di kutub akan mencair yang berakibat naiknya permukaan air laut yang menenggelamkan daerah pantai.



BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Komponen-komponen yang menyusun lingkungan dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu komponen abiotik (benda tak hidup) dan komponen biotik (mahluk hidup). Interaksi komponen biotik dalam suatu lingkungan akan membentuk rantai makanan dan berkembang menjadi jaring-jaring makanan. Keduanya akan menentukan terjadinya aliran energi dan daur materi yang berupa daur biogeokimia. Selain itu dalam lingkungan tersedia pula sumber daya alam hayati dan nonhayati, yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Pemanfaatan lingkungan oleh manusia yang berlebihan akan menyebabkan kerusakan lingkungan, walaupun masih ada faktor lainnya. Manusia yang memiliki akal dan budi memiliki kemampuan untuk menjaga keseimbangan dan kelestarian lingkungan. Namun upaya pelestarian yang telah diupayakan oleh manusia sejauh ini belum maksimal.

3.2  Saran
            Dengan pembuatan makalah ini diharapkan mahasiswa dapat menyadari akan pentingnya lingkungan alam terhadap kehidupan sehari-hari dan berusaha untuk selalu menjaga keseimbangan dan kelestarian lingkungan alam. Selain itu juga mahasiswa diharapkan mampu memahami dan merealisasikan hubungan timbal balik dengan lingkungan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar