PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa hidup
sendiri. Di sekitar kita juga terdapat makhluk hidup. Kita hidup dalam suatu
kelompok manusia, dimana masing-masing individu melakukan aktivitas untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Makhluk hidup yang lain juga melakukan aktivitas
makan, bergerak, dan berkembang biak untuk kelangsungan hidupnya. Tumbuhan juga
melakukan fotosintesis dan bernafas untuk mempertahankan hidupnya. Semua
makhluk hidup yang tinggal di suatu tempat saling berinteraksi dan saling
mempengaruhi. Seperti manusia yang memelihara ternak untuk dimanfaatkan daging
atau telurnya, hewan ternak pun bergantung pada manusia dalam hal penyediaan
makanannya. Sehingga manusia dan hewan ternak saling menguntungkan. Selain
makhluk hidup manusia juga memerlukan cahaya, air dan udara. Semua itu
merupakan benda tak hidup, tetapi sangat mempengaruhi kehidupan makhluk hidup yang
tinggal di suatu tempat. Air dan udara merupakan kebutuhan utama semua makhluk
hidup. Berbagai makhluk hidup dan benda tak hidup yang ada di sekitar kita
saling mempengaruhi sehingga terbentuklah suatu hubungan timbal balik.
Berdasarkan penjelasan di atas, adapun ilmu yang
mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya itu
disebut ekologi. Dengan ekologi diharapkan interaksi antara makhluk hidup dan
lingkungannya dapat lebih dipahami. Jika dikaitkan dengan manusia, pemahaman yang
lebih baik diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan manusia tanpa
merusak lingkungan. Oleh sebab itu penulis mengangkat tema ini agar kita
sebagai manusia dapat menempatkan diri sebagai makhluk yang dapat menjaga
keseimbangan terhadap keberadaan makhluk hidup lain dan benda tak hidup di
sekitar kita.
1.2
Rumusan
Masalah
1.2.1 Apakah komponen penyusun ekosistem dan interaksi yang ada di
dalamnya?
1.2.2 Bagaimanakah pola interaksi di dalam ekosistem tersebut?
1.2.3 Bagaimanakah pemanfaatan sumber daya alam hayati dan non hayati?
1.2.4 Apakah hubungan kegiatan manusia dengan masalah perusakan dan
pemeliharaan lingkungan?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui komponen penyusun ekosistem
dan interaksi yang ada di dalamnya.
1.3.2 Untuk mengetahui pola interaksi di dalam
ekosistem.
1.3.3 Untuk mengetahui pemanfaatan sumber daya alam
hayati dan non hayati.
1.3.4 Untuk mengetahui hubungan kegiatan manusia
dengan masalah perusakan dan pemeliharaan lingkungan.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi
Penulis
Bagi penulis
manfaat yang diperoleh adalah penulis dapat memperdalam pengetahuannya mengenai
ilmu ekologi. Sehingga penulis dapat mengaplikasikan ilmu ekologi secara
positif dan lebih menghargai keseimbangan lingkungan.
1.4.2 Bagi Mahasiswa
Selain bagi
penulis penyusunan makalah ini juga bermanfaat bagi mahasiswa. Mahasiswa dapat
mengetahui pentingnya menjaga kelestarian lingkungan sekitar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Komponen
Ekosistem dan Interaksi di Dalamnya
Ilmu yang
mempelajari hubungan antara mahluk hidup dengan mahluk hidup lain serta dengan
benda mati di dalam lingkungannya disebut ekologi. Ekologi berasal dari 2 kata
yunani, oikos artinya rumah atau tempat tinggal dan logos artinya ilmu. Istilah
ekologi pertama dikemukakan oleh Emest Haeckel (1834-1914). Hubungan timbal
balik antara mahluk hidup dengan lingkungannya disebut ekosistem.
Komponen-komponen yang menyusun lingkungan dapat dibedakan menjadi dua bagian,
yaitu komponen abiotik (benda tak hidup) dan komponen biotik (mahluk hidup).
2.1.1 Komponen Abiotik
Beberapa
komponen abiotik diuraikan sebagai berikut:
1. Udara
Udara di
atmosfer tersusun atas Nitrogen (N2, 78%), Oksigen (O2,
21%), Karbondioksida (CO2, 0,03%) dan gas lainya. Unsur nitrogen
merupakan gas yang diperlukan oleh mahluk hidup untuk membentuk protein dan
persenyawaan lainya. Oksigen (O2) merupakan gas pembakar dalam
proses pernapasan (respirasi) yang terjadi di dalam sel dalam menghasilkan
energi. Karbondioksida sangat diperlukan untuk proses fotosintesis. Hasil
fotosintesis adalah gula dan oksigen.
2. Air
Sekitar
80-90% tubuh mahluk hidup tersusun atas air. Zat ini digunakan sebagai pelarut
dalam sitoplasma, untuk menjaga tekanan osmosis sel, mencegah sel dari
kekeringan, sebagai bahan dalam proses fotosintesis, dan sebagai media hidup
dari berbagai mahluk hidup.
3. Mineral
Mineral yang
diperlukan tumbuhan diperoleh dalam bentuk ion-ion yang larut dalam air tanah.
Mineral tersebut digunakan untuk berlangsungnya metabolisme tubuh dan untuk
menyusun tubuh. Selain itu, mineral-mineral juga berfungsi untuk menjaga
keseimbangan asam basa tubuh dan mengatur fungsi faal tubuh.
4. Cahaya
Cahaya
matahari digunakan tumbuhan untuk berfotosintesis. Tanpa cahaya matahari
tumbuhan tidak dapat hidup dan selanjutnya mahluk hidup yang lain tidak dapat
hidup, karena karena mendapat makanan.
5. Suhu
Mahluk hidup
rata-rata dapat hidup dalam kisaran suhu 00C-400C. Hanya
mahluk hidup tertentu dapat hidup dibawah suhu 00C atau diatas 400C.
Suhu rendah tidak mematikan sebagian mahluk hidup, namun menyebabkan mahluk
hidup itu seolah-olah terhenti hidupnya atau disebut mengalami hibernasi.
2.1.2 Komponen Biotik
1. Produser
Semua
organisme berhijau daun (berklorofil) tergolong produser. Karena memiliki
klorofil organisme produser dapat mengubah zat anorganik menjadi organik
melalui proses fotosintesis. Organisme yang mampu menyusun zat organik untuk
makanannya sendiri disebut organisme autotrof. Reaksi sederhana proses
fotosintesis adalah sebagai berikut.
Cahaya
|
Klorofil
|
(gula)
|
6H2O + 6 CO2 C6H12O6
+ 6 O2 + 6 H2O
2. Konsumer
Makhluk
hidup yang tidak memiliki klorofil tidak mampu membuat makanannya sendiri.
Mahluk hidup ini disebut sebagai heterotrof atau konsumer. Hewan-hewan yang
secara langsung memakan tumbuhan disebut herbivor. Hewan pemakan herbivor
disebut karnivor. Hewan yang menangkap dan memangsa hewan lain disebut
predator. Diantara konsumer terdapat beberapa tingkatan, yaitu herbivor atau
konsumen I sebagai pemakan tumbuhan, konsumen II sebagai pemakan konsumen I,
konsumen III sebagai konsumen II dan seterusnya.
3. Pengurai
Pengurai
atau dekomposer adalah mikroorganisme yang berperan untuk menguraikan tubuh
mahluk hidup lain yang telah mati atau sampah. Mahluk hidup yang tergolong
pengurai adalah jamur dan bakteri. Pengurai dapat mengubah zat organik menjadi
zat anorganik yang pada nantinya dimanfaatkan kembali oleh tumbuhan.
4. Detritivor
Sisa-sisa
tumbuhan dan hewan dapat berupa serpihan-serpihan kecil yang disebut detritus.
Hewan-hewan pemakan detritus disebut detritivor. Contohnya cacing tanah, rayap,
kutu kayu, dan kluwing. Di dalam ekosistem terdapat juga hewan kelompok lain,
yaitu scavenger, merupakan hewan pemakan bangkai.
2.1.3 Interaksi Antar Komponen dalam Ekosistem
Suatu makhluk tunggal dalam
ekosistem disebut individu. Interaksi antar individu yang satu dengan yang lain
dalam spesies yang sama dalam suatu ekosistem membentuk populasi. Interaksi
antar populasi dalam suatu ekosistem membentuk komunitas. Interaksi antar
populasi dapat berupa Simbiosis Mutualisme (hubungan saling menguntungkan),
misalnya bunga dengan kupu-kupu. Simbiosis Parasitisme (hubungan populasi yang
satu untung dan yang lain dirugikan) misalanya kutu dan anjing, Simbiosis
Komensalisme (yang satu diuntungkan dan yang lain tidak dirugikan), Amensalisme
(yang satu dirugikan yang lain tidak diuntungkan atau tidak dirugikan),
Predatorisme (yang satu memakan yang lain), Netralisme (tidak diuntungkan dan
tidak dirugikan), dan Kompetisi (berebut
untuk mendapatkan sumber daya).
Lingkungan
tempat hidup organisme tersebut disebut habitat. Sementara peranan suatu
organisme dalam lingkungannya disebut nisia (niche). Perbedaan antara habitat
dengan nisia, dapat dikatakan bahwa habitat adalah alamat suatu organisme,
sedangkan nisia adalah pekerjaan suatu organisme dalam lingkungannya. Interaksi
antara komponen abiotik membentuk suatu sistem yang disebut ekosistem.
Contohnya ekosistem pantai, sungai, sawah, hutan, dan lain-lain. Interaksi
antara ekosistem di permukaan bumi ini membentuk biosfer atau ekosfer.
2.2 Peranan
Komponen Ekosistem
Pola-pola interaksi melibatkan melibatkan
faktor-faktor biotik dan abiotik, rantai makanan dan jaring-jaring makanan,
aliran energi, piramida ekologi, dan daur biogeokimia yang berlangsung pada
tingkat individu, populasi dan komunitas. Interaksi komponen biotik dalam suatu
lingkungan akan membentuk rantai makanan dan berkembang menjadi jaring-jaring
makanan. Keduanya akan menentukan terjadinya aliran energi dan daur materi yang
berupa daur biogeokimia.
2.2.1 Rantai Makanan
Jalur makan dan dimakan dari organisme pada suatu
tingkat trofik ke tingkat trofik berikutnya membentuk urutan dan arah tertentu
disebut rantai makanan. Semua mahluk
hidup yang hidup secara heterotof memakan tumbuhan atau hewan lain. Sebagai
produser, tumbuhan menyediakan makanan bagi mahluk hidup lainnya. Rantai
makanan dapat dimulai bukan dari produsen, tetapi dapat dimulai dari detritus.
Sisa organisme seperti kotoran hewan, dedaunan, dan ranting yang gugur
diuraikan oleh organisme pengurai (dekomposer).
2.2.2 Aliran
Energi
Produser mendapatkan energi dari cahaya matahari untuk
menyusun zat organik. Energi ini digunakan untuk menyusun gula. Jadi energi
diubah dari energi cahaya menjadi energi kimia. Jadi energi mengalir dari
matahari ke produser, ke konsumer I, ke konsumer II, ke konsumer III, dan
seterusnya. Aliran energi berakhir pada pengurai. Di dalam proses penguraian,
energi dilepaskan dalam bentuk panas yang tersebar ke lingkungan, dan tidak
dapat dimanfaatkan. Energi yang masuk ke dalam tubuh hewan dimanfaatkan untuk disimpan
dalam bentuk glikogen dan persenyawaan lainnya untuk bergerak, metabolisme
tubuh, menanggapi rangsang, berkembang biak, berubah dalam bentuk panas
dilepaskan ke lingkungan, dan disimpan dalam bentuk jaringan tubuh.
Pada setiap tingkat trofik, energi yang dilepas ke
lingkungan dalam bentuk panas dapat mencapai 90%. Jadi hanya 10% energi yang
dimanfaatkan untuk kegiatan hidup organisme. Semakin jauh energi itu dari
sumbernya makin kecil jumlah dan alirannya.
Gambar 01. Aliran Energi
2.2.3 Jaring-jaring Makanan
Proses makan dan dimakan yang terjadi di alam sangat
kompleks. Karena itu, selain digambarkan dalam bentuk rantai makanan, juga
digambarkan dalam bentuk jaring-jaring makanan. Satu jenis konsumer II mungkin
memiliki mangsa lebih dari satu jenis hewan.
Jaring-jaring makanan memperlihatkan hubungan populasi
satu dengan populasi lainnya. Jaring-jaring yang menggambarkan hubungan makan
dan dimakan tersebut agar kelangsungan hidup setiap populasi terjamin. Semakin
kompleks jaring-jaring makanan menunjukkan semakin kompleks aliran energi dan
aliran makanan. Hal inilah yang menyebabkan kestabilan komunitas dan kestabilan
ekosistem.
Gambar 02. Rantai Makanan
2.2.4
Piramida
Ekologi
Para ahli ekologi menggambarkan struktur trofik suatu
ekosistem dalam bentuk piramida ekologi.
Jika digambarkan, piramida memiliki bentuk yang ujungnya semakin meruncing.
Piramida ekologi terdiri dari piramida energi, piramida biomassa, dan piramida
jumlah.
Piramida
jumlah individu menggambarkan jumlah individu dalam populasi yang
menempati tingkat trofik tertentu. Jumlah organisme yang menempati tingkat
trofik I memiliki jumlah lebih banyak dibandingkan tingkat trofik II, tingkat
trofik II memiliki jumlah individu lebih banyak dibandingkan tingkat trofik
III, dan demikian seterusnya. Tingkat trofik yang paling tinggi memiliki jumlah
paling kecil. Piramida jumlah umumnya berbentuk menyempit ke atas. Namun dapat
terjadi piramida terbalik (atau sebagian terbalik), yaitu dasar piramida lebih
kecil daripada tingkat di atasnya. Kondisi tersebut terjadi jika ukuran tubuh
konsumen lebih kecil daripada ukuran tubuh produsen. Misalnya, beberapa ekor
nyamuk yang tak terhitung jumlahnya menghisap darah beberapa orang manusia.
Gambar 03. Piramida jumlah → Jumlah
individu → Kurang ideal
Biomassa adalah berat total komponen biotik pada area
tertentu pada suatu saat. Biomassa tumbuhan diukur dari berat akar, batang,
daun, bunga, dan buah. Biasanya diukur berat kering per-m2. Piramida biomassa dibuat berdasarkan
berat total populasinya pada suatu waktu. Piramida biomassa pada umumnya juga
berbentuk menyempit dari dasar ke puncak karena perpindahan energi antara
tingkat trofik sangat tidak efesien. Untuk mengukur biomassa dilakukan dengan
teknik sampling (cuplikan) guna memperkirakan berat secara keseluruhan. Sebagai
contoh, sebidang padang rumput mampu menghasilkan 1000 kg rumput kering. Rumput
kering tersebut dapat dipergunakan untuk menghasilkan 100 kg daging sapi, yang
selanjutnya akan dipergunakan untuk menambah 10 kg berat tubuh seorang manusia.
Di beberapa ekosistem, misalnya ekosistem akuatik, piramida biomassa dapat
berbentuk terbalik. Pada ekosistem ini, biomassa konsumen dapat melebihi
biomassa produsen karena ganggang sebagai produsen berreproduksi sangat cepat.
Puncak piramida biomassa memiliki biomassa terendah yang berarti jumlah
individunya sedikit, karena individu karnivora puncak umumnya bertubuh besar.
Gambar 04. Piramida Biomassa → Berat
Kering → Kurang Ideal
Piramida
energi, dapat memberikan gambaran lebih akurat tentang aliran
energi pada suatu ekosistem. Piramida energi menggambarkan banyaknya energi
yang tersimpan dalam bentuk senyawa organik yang dapat digunakan sebagai bahan
makanan. Energi yang tersimpan tersebut disebut sebagai produksi primer.
Gambar 05. Piramida Energi → Produktivitas
→ Ideal
2.2.5 Daur Biogeokimia
Zat karbon, air, nitrogen, belerang, dan zat-zat
lainnya yang diperlukan mahluk hidup secara terus menerus didaur ulang dalam
ekosistem. Di dalam daur ulang materi, zat-zat tersebut menjadi bagian tubuh
mahluk hidup. Mahluk hidup kemudian mati dan zat-zat tersebut masuk ke dalam
tanah karena pengurai. Zat-zat terssebut selanjutnya dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk
membentuk makanan dan tubuh mahluk hidup. Secara singkat, daur ulang materi itu
adalah sebagai berikut.
Tubuh hewan/tumbuhan → mati, diuraikan → masuk ke
tanah → diserap tumbuhan → reaksi-reaksi kimia menjadi zat makanan → dimakan
hewan → tubuh hewan → mati, diuraikan
Dengan demikian materi tersebut telah melalui daur
yang dikenal sebagai daur biogeokimia, karena berlangsungnya melalui tubuh
mahluk hidup, tanah, dan reaksi-reaksi kimia. Daur biogeokimia itu diperlukan
untuk kelestarian mahluk hidup dan ekosistem. Daur biogeokimia meliputi daur nitrogen,
daur zat karbon, oksigen, daur belerang, daur fosfor, dan lain-lain.
1. Daur Air
Air di
atmosfer berada dalam bentuk uap air. Uap air berasal dari air di daratan dan
laut yang menguap karena panas cahaya matahari. Uap air di atmosfer
terkondensasi menjadi awan yang turun ke daratan dan laut dalam bentuk hujan.
Air hujan di daratan masuk ke dalam tanah membentuk air permukaan tanah dan air
tanah. Tumbuhan darat menyerap air yang ada di dalam tanah. Kemudian melalui
transpirasi, uap air dilepaskan oleh tumbuhan ke atmosfer. Hewan memperoleh air
langsung dari air permukaan serta dari tumbuhan dan hewan yang dimakan,
sedangkan manusia menggunakan sekitar seperempat air tanah. Air tanah dan air
permukaan sebagian mengalir ke sungai, Kemudian ke danau dan ke laut.
Gambar
06. Daur Air
2. Daur
Karbon
Unsur karbon
terdapat di atmosfer dalam bentuk gas karbon dioksida (CO2). Karbon
dioksida masuk ke dalam komponen biotik melalui produsen. Produsen di darat dan
akuatik menggunakan karbon dioksida untuk membentuk bahan organik berupa
senyawa karbon, yaitu glukosa. Glukosa dihasilkan oleh produsen melalui proses
fotosintesis. Bahan organik yang mengandung unsur karbon tersebut ditransfer ke
hewan dan manusia secara langsung maupun tidak langsung melalui rantai makanan.
Respirasi oleh organisme autotrof dan heterotrof menghasilkan karbon dioksida. Pada
tumbuhan, bahan organik yang mengandung banyak karbon terdapat dalam batang
atau kayu. Pada hewan dan manusia, bahan organik yang mengandung karbon
terdapat pada tulang. Tumbuhan, hewan, dan manusia yang mati akan diuraikan
antara lain menjadi karbon dioksida. Di kerak bumi terdapat karbon dalam bentuk
batu bara dan minyak bumi (bahan bakar fosil). Jumlah karbon dioksida di
atmosfer bervariasi bergantung musim dan penggunaan bahan bakar oleh manusia,
sehingga memungkinkan terjadi ketidakseimbangan. Pada perairan, karbon dioksida
dapat larut dalam air dan diserap langsung oleh organisme autotrof. Karbon
dioksida yang dihasilkan oleh respirasi organisme perairan dapat membentuk ion
bikarbonat. Ion bikarbonat merupakan sumber karbon dioksida bagi organisme
perairan. Beberapa organisme akuatik seperti kelompok moluska, menggunakan
karbon dioksida terlarut di air dengan kalsium membentuk kalsium karbonat (CaCO3).
Kalsium karbonat merupakan bahan penyusun cangkang. Jika mati, cangkang yang
hancur oleh air dapat menghasilkan karbon dioksida.
Gambar
07. Daur Karbon
3. Daur Nitrogen
Unsur nitrogen sebagian besar terdapat di atmosfer dalam bentuk gas
Nitrogen (N2). Gas nitrogen mencakup 78% dari berbagai gas yang ada
di atmosfer. Hanya sedikit organisme yang dapat menggunakan nitrogen dalam
bentuk N2. Organisme yang dapat mengikat (fiksasi) nitrogen adalah
bakteri. Bakteri pengikat nitrogen yang hidup bebas misalnya Azotobacter sp. yang bersifat aerob
(memerlukan O2) dan Clostridium
sp. yang bersifat anaerob (tidak memerlukan O2). Nitrogen yang
diikat oleh bakteri tersebut diubah menjadi amonia (NH3). Nitrogen
dapat diserap oleh tumbuhan dalam bentuk amonia. Penguraian nitrogen menjadi
amonia disebut amonifikasi. Amonia kemudian dirombak oleh bakteri nitrit
Nitrosomonas dan Nitrosococcus menjadi ion nitrit (NO2-). Ion
nitrit selanjutnya dirombak oleh bakteri nitrat Nitrobacter menjadi ion nitrat (NO3-).
Nitrogen dalam bentuk ion nitrat selain diserap oleh tumbuhan untuk memenuhi
kebutuhan nitrogennya, juga digunakan oleh bakteri tanah untuk memperoleh
oksigen. Proses perombakan ion nitrat oleh bakteri denitrifikasi menghasilkan
nitrogen. Nitrogen yang dihasilkan akan kembali ke atmosfer.
Gambar 08. Daur Nitrogen
4. Daur Belerang (Sulfur)
Sulfur
terdapat dalam bentuk sulfat anorganik. Sulfur direduksi oleh bakteri menjadi
sulfida dan kadang-kadang terdapat dalam bentuk sulfur dioksida atau hidrogen
sulfida. Hidrogen sulfida ini seringkali mematikan mahluk hidup di perairan dan
pada umumnya dihasilkan dari penguraian bahan organik yang mati.
Tumbuhan menyerap sulfur dalam bentuk sulfat (SO4). Perpindahan sulfat terjadi melalui proses rantai makanan, lalu semua mahluk hidup mati dan akan diuraikan komponen organiknya oleh bakteri. Beberapa jenis bakteri terlibat dalam daur sulfur, antara lain Desulfomaculum dan Desulfibrio yang akan mereduksi sulfat menjadi sulfida dalam bentuk hidrogen sulfida (H2S). Kemudian H2S digunakan bakteri fotoautotrof anaerob seperti Chromatium dan melepaskan sulfur dan oksigen. Sulfur dioksidasi menjadi sulfat oleh bakteri kemolitotrof seperti Thiobacillus.
Tumbuhan menyerap sulfur dalam bentuk sulfat (SO4). Perpindahan sulfat terjadi melalui proses rantai makanan, lalu semua mahluk hidup mati dan akan diuraikan komponen organiknya oleh bakteri. Beberapa jenis bakteri terlibat dalam daur sulfur, antara lain Desulfomaculum dan Desulfibrio yang akan mereduksi sulfat menjadi sulfida dalam bentuk hidrogen sulfida (H2S). Kemudian H2S digunakan bakteri fotoautotrof anaerob seperti Chromatium dan melepaskan sulfur dan oksigen. Sulfur dioksidasi menjadi sulfat oleh bakteri kemolitotrof seperti Thiobacillus.
Gambar 09. Daur Sulfur
5. Daur Fosfor
Fosfor
merupakan elemen penting dalam kehidupan karena semua makhluk hidup membutuhkan
fosfor dalam bentuk ATP (Adenosin Tri
Fosfat), sebagai sumber energi untuk metabolisme sel. Fosfor terdapat di
alam dalam bentuk ion fosfat (PO43-). Ion Fosfat terdapat
dalam bebatuan. Adanya peristiwa erosi dan pelapukan menyebabkan fosfat terbawa
menuju sungai hingga laut membentuk sedimen. Adanya pergerakan dasar bumi
menyebabkan sedimen yang mengandung fosfat muncul ke permukaan. Seluruh hewan
mengeluarkan fosfat melalui urin dan feses. Bakteri dan jamur mengurai
bahan-bahan anorganik di dalam tanah lalu melepaskan fosfor kemudian diambil
oleh tumbuhan.
Gambar 10. Daur Fosfor
2.3 Pemanfaatan Sumber Daya Alam
Sumber daya
alam adalah segala sesuatu yang tersedia di alam dan dimanfaatkan untuk
kebutuhan manusia. SDA dibagi menjadi dua yaitu SDA yang dapat diperbaharui dan
SDA yang tidak dapat diperbaharui.
1. SDA yang dapat diperbaharui meliputi
air, tanah, tumbuhan dan hewan.
2. SDA yang tidak dapat diperbaharui
itu contohnya barang tambang yang ada di dalam perut bumi seperti minyak bumi,
batu bara, timah dan nikel.
SDA juga
dapat dibagi menjadi dua yaitu SDA hayati dan SDA non-hayati.
- SDA hayati adalah SDA yang berasal dari makhluk hidup (biotik) seperti hasil pertanian, perkebunan, pertambakan, dan perikanan. Sumber daya hayati adalah salah satu sumber daya dapat pulih atau terbarukan (renewable resources) yang terdiri atas flora dan fauna. Sumber daya hayati secara harfiah dapat diartikan sebagai sumber daya yang mempunyai kehidupan dan dapat mengalami kematian. Jenis-jenis sumber daya hayati di antaranya adalah pohon, ikan, rumput laut, plankton, zooplankton, fitoplankton, harimau, semut, cacing, rumput laut, terumbu karang, dan sebagainya.
- SDA non-hayati adalah SDA yang berasal dari makhluk tak hidup (abiotik). Seperti: air, tanah, barang-barang tambang.
Persebaran sumber daya alam tidak selamanya melimpah.
Ada beberapa sumber daya alam yang terbatas jumlahnya. kadang-kadang dalam
proses pembentukannya membutuhkan jangka waktu yang relatif lama dan tidak
dapat di tunggu oleh tiga atau empat generasi keturunan manusia.
2.3.1 Pemanfaatan Sumber Daya Alam
Hayati (Biotik)
1. Hewan
Hewan di Indonesia dapat digolongkan menjadi dua,
yaitu hewan liar dan hewan piaraan. Hewan liar ialah hewan yang hidup di alam
bebas dan dapat mencari makan sendiri, misalnya dari jenis burung, ikan dan
serangga. Hewan piaraan ialah hewan yang dipelihara untuk sekadar hobi atau
kesenangan semata, misalnya burung perkutut, marmut, kucing dan kakaktua. Hewan
ternak ialah hewan yang dikembangbiakkan untuk kemudian dimanfaatkan atau
diperjualbelikan.
2. Tumbuhan
- Hutan
Hutan merupakan sebuah areal luas yang ditumbuhi
beraneka ragam pepohonan. Hasil hutan yang dapat dimanfaatkan oleh kita yaitu:
kayu (jati, pinus, cemara, cendana), damar, rotan, bambu dll.
· Pertanian
Pertanian di Indonesia menghasilkan berbagai macam
tumbuhan, antara lain padi, jagung, kedelai, sayur-sayuran, cabai, bawang dan
berbagai macam buah-buahan, seperti jeruk, apel, mangga, dan durian. Indonesia
dikenal sebagai negara agraris karena sebagian besar penduduk Indonesia
mempunyai pencaharian di bidang pertanian atau bercocok tanam.
- Perkebunan
Jenis tanaman perkebunan yang ada di Indonesia
meliputi karet, cokelat, teh tembakau, kina, kelapa sawit, kapas, cengkih dan
tebu. Berbagai jenis di antara tanaman tersebut merupakan tanaman ekspor
(kegiatan mengirim barang ke luar negeri) yang menghasilkan devisa (tabungan
bagi negara).
2.3.2 Pemanfaatan Sumber Daya Alam Non-Hayati
1. Air
Air merupakan kebutuhan utama seluruh makhluk hidup. Bagi
manusia selain untuk minum, mandi dan mencuci, air bermanfaat juga:
- sebagai sarana transportasi
- sebagai sarana wisata/rekreasi
- sebagai sarana irigasi/pengairan
- sebagai PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air)
2. Udara
Udara yang bergerak dan berpindah tempat disebut
angin. Lapisan udara yang menyelimuti bumi disebut atmosfer. Lapisan Ozon
berfungsi untuk melindungi bumi dari sinar ultraviolet yang dipancarkan oleh
matahari. Angin dapat dimanfaatkan juga sebagai sumber energi dengan
menggunakan pembangkit listrik kincir angin.
3. Tanah
Tanah adalah lapisan kulit bumi bagian atas yang
terbentuk dari pelapukan batuan dan bahan organik yang hancur oleh proses
alamiah. Tanah banyak dimanfaatkan untuk menanam sumber daya alam pertanian.
Pertanian meliputi tanaman untuk makanan pokok, seperti padi, jagung dan sagu.
Palawija terdiri dari ubi-ubian dan kacang-kacangan; dan holtikultura yang
meliputi berbagai jenis sayuran dan buah-buahan.
4. Batu Bara
Batu bara berasal dari tumbuhan purba yang telah mati
berjuta-juta tahun yang lalu. Batu bara banyak digunakan sebagai bahan bakar
untuk keperluan industri dan rumah tangga.
5. Minyak Bumi
Minyak bumi berasal dari hewan (plankton) dan
jasad-jasad renik yang telah mati berjuta-juta tahun. Berikut ini jenis-jenis
minyak bumi:
- Avtur untuk bahan bakar pesawat terbang;
- Bensin untuk bahan bakar kendaraan bermotor;
- Kerosin untuk bahan baku lampu minyak;
- Solar untuk bahan bakar kendaraan diesel;
- LNG (Liquid Natural Gas) untuk bahan bakar kompor gas;
- Oli ialah bahan untuk pelumas mesin;
- Vaselin ialah salep untuk bahan obat;
- Parafin untuk bahan pembuat lilin; dan
- Aspal untuk bahan pembuat jalan (dihasilkan di Pulau Buton)
6. Besi
Berasal dari bahan yang bercampur
dengan tanah, pasir dan sebagainya. Besi merupakan bahan endapan dan
logam yang berwarna putih. Timah berasal dari bijih-bijih timah yang tersimpan
di dalam bumi.
Selain itu
adapun hasil tambang lainnya seperti :
2.4 Hubungan
Kegiatan Manusia dengan Masalah Perusakan dan Pemeliharaan Lingkungan
Manusia
terus berupaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan, untuk itu mereka
perlu sumber daya dari lingkungan. Sering kali kegiatan manusia yang bertujuan
mulia, baik langsung maupun tidak langsung berpotensi untuk merusak keseimbangan
lingkungan. Keseimbangan lingkungan yang bergeser ke arah negatif disebabkan
oleh pengerusakan terhadap lingkungan secara terus menerus. Parahnya kerusakan
lingkungan di suatu wilayah dapat berdampak pada wilayah lainya akibat
interaksi antar komponen lingkungan. Dampak berantai ini tidak hanya terjadi
pada lingkungan lokal saja namun dapat menimbulkan dampak pada lingkungan yang
lebih luas.
Selain mengambil sumber daya alam
secara berlebihan manusia juga kerap melakukan pencemaran terhadap lingkungan,
yang sangat berpotensi untuk mengakibatkan gangguan kesehatan, punahnya spesies
baik tumbuhan maupun hewan, kerusakan lingkungan, serangan hama dan penyakit,
terjadi hujan asam, rusaknya lapisan ozon dan pemanasan global.
Lingkungan yang seimbang memiliki
daya lenting yang tinggi, keseimbangan lingkungan ini ditentukan oleh
seimbangnya energi yang masuk dan yang digunakan, seimbangnya antara bahan
makanan yang terbentuk dengan yang digunakan, seimbangnya antara faktor abiotik
dan biotik. Gangguan terhadap salah satu faktor itu dapat mengakibatkan
keseimbangan terganggu.
2.4.1 Daya Lenting dan Daya Dukung
Lingkungan
Suatu
ekosistem (sistem lingkungan) dapat berkembang mencapai klimaks (keadaan
ekosistem yang paling stabil dan seimbang). Ekosistem memiliki daya lenting,
berarti ekosistem memiliki kemampuan untuk pulih dari kerusakan. Namun bila
melebihi daya lenting, maka akan membentuk kestabilan baru yang kualitasnya
lebih rendah dari keadaan lingkungan sebelumnya.
Di samping memiliki daya lenting,
lingkungan juga memilki daya dukung berarti lingkungan memiliki kemampuan untuk
menjaga kehidupan agar mahluk yang hidup dapat hidup dan tumbuh secara wajar.
Jika daya dukung lingkungan lebih rendah dari populasi, maka akan terjadi
kompetisi dan menyebabkan ada mahluk hidup yang mati. Sehingga berdampak
terbentuknya keseimbangan baru.
Daya dukung
lingkungan dapat ditingkatkan oleh manusia dengan memanfaatkan teknologi.
Misalnya suatu areal hanya mendukung 500 ekor sapi, daya dukung tersebut dapat
ditingkatkan 750 ekor sapi. Misalnya dengan pemupukan, pemberian rumput agar
lebih subur. Penyemprotan, pemupukan pemilihan bibit unggul, pengairan yang
baik, pemberantasan hama dan penyakit merupakan usaha manusia untuk
meningkatnya daya dukung lingkungan. Namun daya dukung terbatas sehingga tidak
dapat ditingkatkan tanpa batas.
Kerusakan
lingkungan lebih disebabkan karena penambahan populasi yang cepat, sehingga
meningkatnya kebutuhan akan sumber daya seperti: tempat tinggal, pertanian, dan
fasilitas umum. Sehingga lingkungan akan lebih banyak dirusak untuk memenuhi
kebutuhan tersebut.
Perkembangan
IPTEK memacu industri untuk memenuhi kebutuhan populasi yang terus meningkat.
Akibatnya adalah sebagai berikut.
- SDA yang diambil dari lingkungan lebih besar baik macam maupun jumlah.
- Industri mengeluarkan limbah yang mencemari lingkungan.
- Konsumsi rumah tangga menghasilkan limbah rumah tangga yang mencemari lingkungan.
- Munculnya bahan sintentik dalam lingkungan seperti: pestisida, dan obat yang meracuni lingkungan.
Semua akibat tersebut mempengaruhi
daya lenting dan dukung lingkungan. Semakin kecilnya daya lenting, artinya
waktu yang diperlukan untuk lingkungan pulih dari kerusakan akan semakin lama.
Karena terjadinya kerusakan lingkungan maka daya dukung lingkungan semakin
besar, artinya lingkungan tidak lagi menyediakan sumber daya yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan organisme yang ada di dalamnya.
Perubahan pada lingkungan akibat
kerusakan dan pencemaran lingkungan ialah beberapa spesies yang tumbuhan dan
hewan yang punah, adanya bahan pencemar pada daging dan tumbuhan yang
dikonsumsi. Dampak pencemaran tidak hanya dirasakan secara lokal maupun
regional, melainkan juga dirasakan secara global. Contoh, munculnya pemanasan
global adalah sebagai akibat meningkatnya kadar CO2 di udara yang
dihasilkan dari proses pembakaran, uap air (H2O), Nitrat Oksida (NO2),
Metana (CH4) yang dihasilkan dari kotoran ternak dan
ChlorofluoroCarbon (CFC) yang dihasilkan dari bahan pendingin kulkas dan AC,
penggunaan aerosol pada hairspray, parfum dan obat nyamuk, styrofoam. Kandungan
bahan tersebut semakin tinggi didukung pula oleh banyaknya hutan
yang ditebang, sehingga tidak dapat menyerap CO2. Karena
meningkatnya kadar bahan tersebut di atmosfer, cahaya yang masuk ke
bumi tidak dapat dipantulkan lagi ke angkasa, sebab terperangkap oleh gas
tersebut..Akibatnya suhu udara di permukaan bumi meningkat. Inilah
yang disebut efek rumah kaca. Jika hal ini terjadi terjadi terus-menerus es di
kutub akan mencair yang berakibat naiknya permukaan air laut yang
menenggelamkan daerah pantai.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Komponen-komponen
yang menyusun lingkungan dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu komponen
abiotik (benda tak hidup) dan komponen biotik (mahluk hidup). Interaksi
komponen biotik dalam suatu lingkungan akan membentuk rantai makanan dan
berkembang menjadi jaring-jaring makanan. Keduanya akan menentukan terjadinya
aliran energi dan daur materi yang berupa daur biogeokimia. Selain itu dalam
lingkungan tersedia pula sumber daya alam hayati dan nonhayati, yang sangat
bermanfaat bagi kehidupan manusia. Pemanfaatan lingkungan oleh manusia yang
berlebihan akan menyebabkan kerusakan lingkungan, walaupun masih ada faktor
lainnya. Manusia yang memiliki akal dan budi memiliki kemampuan untuk menjaga
keseimbangan dan kelestarian lingkungan. Namun upaya pelestarian yang telah
diupayakan oleh manusia sejauh ini belum maksimal.
3.2 Saran
Dengan
pembuatan makalah ini diharapkan mahasiswa dapat menyadari akan pentingnya
lingkungan alam terhadap kehidupan sehari-hari dan berusaha untuk selalu
menjaga keseimbangan dan kelestarian lingkungan alam. Selain itu juga mahasiswa
diharapkan mampu memahami dan merealisasikan hubungan timbal balik dengan
lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar